Minggu, 13 April 2014

Lantunan Suara Perasaan


Satu hari yang indah ini membuat gua berpikir, ada kalanya kita harus berpindah tempat, bukan karena benci. Namun, hidup memang harus berkembang. Pikiran itu yang membuat hati ini resah. Seorang teman yang duduk di pojok sana. Sebut saja namanya Joni. Dia memberi pengharapan baru untuk hati. Saat itu kami semua sedang jalan bersama. Gue, Joni dan Ray. Kami pun ngobrol di sebuah kursi panjang depan toko sambil menikmati sebuah eskrim yang hampir mencair. Saat sedang curhat-curhatan tiba-tiba mulut Joni menlantunkan perkataan bahwa jika aku dan Ray(nama samaran) dekat kita akan cocok. Dari pada harus menunggu Edward yang sudah sekian lama gue kodein tapi dia tetap cuek. Dia terus melantunkan fakta jika nanti kami bersama pasti bakalan lebih indah dari pada gue sama Edward. Memang agaknya Joni adalah orang yang mengerti akan psikologi. Dia tahu tipe-tipe dan kecocokan seseorang jika menjalin hubungan. Memang gayanya yang sok tau terkadang bikin kesal, namun hari itu 75% perkataanya adalah benar. Sepulang dari sana. Gue pun langsung BBM sahabat dekat gua sebut saja namanya Ped. Ped adalah sosok dimana selalu dia selalu ada ketika gue membutuhkan sebuah saran tentang masalah hati. Teman sebangku gue yang sudah gue anggap seperti abang gue sendiri. Gue menceritakan semua kejadian dari A sampai Z.  Dan ia pun berkata “Sudah sekian lama nop, gua suruh lo move on dari Edward. Tapi sama Joni lo kangsung mau move on. Kecewa. Eh tapi gua sadar ternyata lo dan Ray memang cocok nop.” Yaiyalah bagaimana gua mau move on kalau dia tak pernah memberi tahu kepada siapa gua harus move on. Namun, perkataannya juga mendukung bahwa hati gua ini sama Ray.

Beberapa detik kemudia Ray BBM gue. Cuman tes aja sih. Tapi hati gua langsung melted aja. Namanya juga perempuan. Di kodein dikit peka. Hahaha. Beda sama laki-laki. Laki-laki yang gua deketin dari kurus sampai gendut. Dari yang pendiam sampai hiperaktif. Gak ada yang peka sama kode-kodean gua. Oke balik lagi ke Ray. Akhirnya sejak saat itu kami BBM.

Kami jadi begitu dekat. Sering modus-modusan dan dia adalah perespon yang baik.

Awalnya gua begitu bahagia. Namun, tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba dia bilang sesuatu yang menyakiti hati. Walau gua tahu dia ga bermaksud. Tapi cukup pedih mendengarnya. Intinya dia ga suka BBM terus. Dia ga suka di buru-buruin untuk cepat bales. Dia lebih senang ngomong langsung. Dalam hati gua berkata. Gimana caranya mau ngomong langsung? Ketemu saja tidak. Salah gua juga sih awalnya ping-ping dia. Gua kan hanya ngikutin apa yang pernah dia lakukan ke gue. Gua juga gak bermaksud dan jadi bingung harus berbuat apalagi. Baru senang memiliki pengharapan baru. Eh malah di hempaskan begitu lagi seperti yang terdahulu. Gua tahu maksud dia ngomong gini itu baik. Dia cuma ga mau kalau kita ketemu kita hanya terdiam, tidak ada topik pembicaraan dan lama-lama menjauh. Namun, perkataanya itu loh yang menusuk hati sampai ke jantung. Ya! Gua mengerti memang sifat-sifat  orang sungguh berbeda. Ada yang menegur secara lembut, ada juga yang langsung to the point seperti Ray.

Yah mau di apakan lagi. Dia sudah menutup pembicaraan BBM hari ini dengan berkata mau belajar dulu. Tak tahulagi bagaimana  untuk memulai BBM besok. Karena jujur, gua gak bisa BBM dia duluan besok. Rasa ketakutan akan kesalahan yang membuat gua tidak bisa. Mencoba untuk melupakan kejadian hari ini dan mengfokuskan diri pada ujian nasional besok. OH IYA BESOK UN. Selama ini, 6 bulan, 5 bulan, 3 bulan sampai setidaknya satu bulan sebelum UN, teman sebangku gue Ped, selalu bercanda dengan mengatakan bahwa besok UN. Dan kita semua hanya tertawa dan berkata “MASIH LAMA KALI PED”. Man sekarang udah gak bercanda lagi. BESOK BENERAN UN. Dan gua berdoa pada Tuhan. Tuhan gue yang sangat gua sayang, semoga ujian nasional besok akan berjalan dengan keindahan tersendiri. Dan semoga gua dan teman-teman bisa menjawab semua soal dengan baik dan benar. Terutama untuk biologi gue yang selama ini nilainya tidak indah. Semoga besok akan menjadi indah. Semangat untuk besok yang menjalani UN. Dan untuk seseorang di sana. Agar dia mengerti akan hati gua saat ini. Dan dapat memulai pembicaraan besok. Amin. 

Selasa, 01 April 2014

Suara Hati Persahabatan


SMA tinggal menghitung hari-hari lagi. Mendengar itu. Sebuah pertanyaanpun terlintas dipikiranku. Tak tahu darimana asalnya, dari mana munculnya. Tiba-tiba itu menyeruak dan membuat hati ini merasa ingin berteriak karena kebingungan. Hey. Apakah hari-hari itu akan membuat kamu jatuh dalam hatiku? Sampai kapan aku harus menunggu perasaan indah yang terselubung dalam hati. Ingin ku teriakan semua perassaanku di depan matanya. Namun, apa daya. Raga ini kuat namun jiwa ini tidak.

Selain pemikiran itu. Pemikiran lain juga turut membuat hati sedih dan kebingungan. Teman-teman yang selama ribuan detik telah kita habiskan bersama. Kini kami akan berpisah. Memang hanya terpisah oleh ruang dan waktu. Namun, aku tahu pastinya! Intesitas bertemu kami tak seperti dulu lagi. Teringat juga aku ketika perpisahan SMP. Sedihnya tak sesedih ini. Mungkin karena sewaktu itu kami belum mengerti rasa dan arti perpisahan.

Sahabat-sahabat dalam kegilaan, seperjuangan, ketika senang dan ketika sedih. Walau aku tahu mereka “gila”, aku mengerti tentang setiap kegilaan mereka. Mungkin sering aku dibuatnya kesal, marah sampai-sampai mengangis. Aku tau mereka tak sempurna sama seperti aku yang lebih tak sempurna dari mereka. Namun.. itu yang membuat aku cinta dengan mereka. Mereka yang indah dengan senyumannya membuat jiwa ini terbang ke awan-awan sambil menangis haru.

Hei.. kalian.. kalian begitu indah dan menawan. Tak peduli lagi bagaimana rupa dan kejahilan kalian setiap harinya. Tak peduli lagi bagaimana perasaan ini mendefinisikan kalian. Entah itu suka, benci, sayang, bahkan cinta. Itu semua hanya pelengkap. Yang terutama rasaku pada kalian yaitu kasih. Karena kasih tak mudah pupus. Dan kasih adalah tulus.

Mungkin nanti. Intensitas bertemu kita tak seperti dulu lagi. Namun, ingatlah setiap ribuan detik kita bersama. Setiap harum nafas yang kita hembus dan hirup bersama. Ingatlah bahwa ada hari ini. Ada hari di mana kau memilikiku dan aku memilikimu. Biarlah kenangan kita tak terkubur dalam tanah. Namun, tertanam dalam hati mungil yang halus ini. Salam. -Novel