Kamis, 18 September 2014

Curahan Keresahan



                Kembali lagi aku berbicara pada secarik kertas di hadapanku. Hasrat yang tak kuat menahanku untuk menulis segala perasaan yang tak terungkap dengan sebuah ucapan. Semua ini berawal dari dunia baru yang ku masuki. Mungkin kekurangan hati ini adalah hati yang sensitif dan kurang percaya diri akan keadaan. Terlihat kuat dan tangguh, namun rapuh mendengar segala perkataan dari mulut mereka. Terkadang perasaan ignored muncul seketika ketika ku masuki ruangan dengan karpet merah yang berhiaskan hiasan sederhana. Namun, aku tak bisa berbuat apapun dan hanya dapat memberikan satu senyuman untuk perkataan mereka itu. Sempat satu hari aku mencoba untuk terdiam. Sungguh hal yang bertolak belakang dengan  sifat keseharian yang kutunjukkan biasanya. Namun, semuanya sama saja. Bahkan terasa tak ada gunanya. Semua nampak tak peduli dan aku hanya dapat terperangkap dalam kediaman itu. Mungkin mulut mereka bertanya alasanku berdiam. Namun, hanyalah sebuah pertanyaan, dan tak ada yang dapat mengerti tentang kediaman itu.
                Namun dari situ aku belajar. Hidup tak hanya diriku saja. Aku harus mengerti pula akan orang lain. Aku juga harus dapat berpikir positif dari segala keberdosaan itu. Sempat aku teringat masa masa aku beradaptasi dahulu. Sama rasanya seperti ini. Selalu ini berulang dan berakhir dengan keindahan.
                Inilah apa adanya aku. Mungkin karena perbaharuan, adanya aku masih banyak yang belum dapat menerima. Mungkin ingin sekali ku ubah. Namun, belum kuketahui sanggupkah aku. Aku juga takut jika keberubahan ku ini tetap tak di terima. Aku pun memilih tetap pada jalan yang benar. Selama tidak merugikan orang lain aku ingin tetap pada jalurku.
                Sempat aku membaca pada sebuah artikle. Jika memang sudah jalannya  itu semua akan kembali. Disini yang hanya ku butuhkan adalah berdoa supaya ku sanggup dengan segala keresahan hati. Sambil berdoa agar aku dapat mengubah sikap sensitif ku menjadi positif. Dan semoga semuanya menjadi indah. Aku tahu Tuhan menempatkan aku pada suatu tempat ini bukalah sebuah kebetulan. Orang yang hebat tidak dihasilkan melalui kesenangan, kemudahan dan kenyamanan. Melainkan dibentuk melalui kesukaran, tantangan dan air mata.–Novel-

Sabtu, 13 September 2014

Fokus dalam Diri



Hari terang nan lembut menyambut pagi ini dengan buaian sederhana yang begitu nikmat. Aku  pun mulai terbiasa dengan seluruh aktivitasku dalam kesendirian. Mungkin dunia berkata sedih. Namun, tidak denganku. Aku memulainya dengan senyuman hari ini. Aku percaya dengan khasiat senyuman. Dengan menerbitkan itu aku dapat merasakan keindahan sepanjang harinya.
Hari ini tulisanku tidak seperti biasanya. Karena kali ini bukan tentang diriku. Tapi tentang sahabat dekatku yang ku kenal semenjak 3 tahun lalu. Mungkin kedekatan kita tak terlalu lama. Namun, aku cukup mengenalnya. Sebut saja namanya Mawar. Disini aku ingin menceritakan kisah cintanya yang menurutku lebih kelam daripada pada seluruh masalahku yang cupu itu.
Mawar memiliki pacar yang juga adalah teman seperjuanganku. Namanya Patrick. Mawar dan Patrick telah bersama selama 3 tahun. Memang jangka waktu yang lama. Sebagian kisah cinta mereka telah ku ketahui. Bukan sok tahu! Tapi Mawarlah yang berteriak kepada kami ketika jiwa raganya bergejolak. Sebab itulah aku tahu. Memang kisah cintanya tak mulus. Dahulu mereka sempat putus karena kekhilafan Mawar. Namun, mereka kembali bersatu lagi. Memang aku tahu cinta yang dahulu balik lagi tidak sama rasanya seperti yang pertama. Aku tahu rasa waspada pada cinta yang kedua kali ini pasti lebih tinggi dari sebelumnya. Oke! Lepas dari masalah itu akhirnya percintaan mereka berdua bersemi sampai kita lulus. Sampai intesintas pertemuanku dengannya tidak seperti dulu. Sampai kampus yang sama telah mereka tempati. Mereka tetap bersama. Sampai suatu hari. Jejaring social yang memberitahukanku semua itu. Post Patrick pada jejaring social sangat berbeda. Dan aku merasa post itu bukan untuk Mawar. Dan aku sangat yakin itu. Hatiku terus bertanya. Namun, jiwa ini menahan segala rasa itu. Berusaha untuk tidak kepo dan tidak turut campur dalam masalah orang lain.
Sampai suatu ketika aku memberanikan diri untuk bertanya kepada Mawar. Aku pun terkejut dengan jawabannya. Karena katanya mereka sudah tidak lagi. Karena Patrick sudah bersama orang lain. Tak salah lagi dugaanku pada jejaring social itu. Hatiku pun turut berduka akan itu. Namun, ada yang kusesalkan disini. Sikap Mawar yang seperti pengemis cinta kepada Patrick. Sudah tak ada harganya lagi. Seperti sudah di buang, di injak tapi masih memohon. Maaf sekali kalau aku terlalu kasar. Karena ini semua ungkapan betapa aku sayang kepada sahabatku sendiri. Dan tidak rela kalau dia terpuruk sampai seperti ini. Dengan pengalamanku yang tidak ada apa-apanya ini. Aku berusaha membangkitkan semangatnya lagi dan tak usah memikir semuanya lagi. Kata singkatnya ya move on. Namun aku melihat keikhlasan belum nampak dari hatinya. Hanya dia yang tahu alasannya. Namun, perlahan-lahan Mawar mengerti apa yang harus ia lakukan. Setelah aku berkata padanya seperti ini. “OKE! Udah lo ga usah move on. Terserah lu masih mau mikirin dia atau gimana. Terserah. Yang gua minta sekarang. Fokus lu harus lu ubah. Dalam dunia ini masih banyak yang harus dipikirkan selain cinta. Karena gua pernah terjebak di dalam situ. Lu harus keluar dari lobang itu dan memfokuskan diri lu kepada Tuhan dan juga jiwa lu sendiri. Selama 3 tahun lu sibuk dengan urusan yang menyangkut orang lain. Tapi dirilu? Ga pernah lu pikirin!!” Sekarang pemikirannya berubah dan mulai sadar bahwa masih banyak yang harus ia kejar. Aku pun membagikan kepercayaanku dengannya “Mawar, kalau jodoh gak akan kemana. Jika dia miliklu dia pasti kembali gak perlu sampai lu ngemis dan gak usah memaksa.” Balik lagi ke cerita lamaku kalau cinta tak harus memiliki apa lagi memaksakan.
Ya aku mengerti. Semua butuh proses dan waktu. Hanya harus ada usaha dari kita agar kita dapat bangkit dari semuanya. Ibaratnya jika kita jatuh dalam jurang. Marilah kita berusaha sekuat tenaga untuk keluar. Jangan hanya diam dan menunggu. Tak ada hasilnya. Aku tahu bahwa usaha itu sangat melelahkan. Namun, dalam akhirnya kita bisa merasakan hasil yang indah.
Ya tentu saja dalam semua tulisanku ada pembelajaran yang dapat di ambil. Dalam kisah Mawar kita dapat belajar mengikhlaskan segala sesuatu dengan segenap hati kita. Dan jangan terpuruk dalam keadaan. Janganlah kita mengasihani diri bahkan sampai mengemis pada orang lain. Mungkin dahulu yang aku sesalkan aku pernah mengasihani diriku sampai aku tak peduli dengan diriku sendiri. Dalam masalah ini pula kita juga bisa belajar bahwa dalam dunia ini banyak sekali yang penting yang perlu dipikirkan dari pada pacar. Memang cinta dalam hubungan pacaran juga terkadang penting. Tapi cobalah kamu berpikir tentang dirimu sendiri. Hidup Cuma sekali, sudahkah kamu menikmati hidupmu sendiri tanpa di koordinir dengan pacar? Cobalah kalian melakukan hal yang memuaskan diri sendiri. Ya contohnya aku: nonton youtube sepuasnya, nulis naskah, ikut bela diri, ikut kursus mobil, ngajar bimbel, ikut komunitas lari pagi, aktif dalam aktivitas rumah ibadah, ngumpul bareng dengan teman sepuas yang kita mau dan masih banyak lagi. Aku sangat senang dengan semua aktivitas itu. Tidak membuatku terintimidasi, dan malah menguntungkan diriku.
Maka dari itu, aku ingin menyadarkan kepada kalian. Betapa nikmatnya move on dan mencari hal yang baru. Move on dari pacar bukan berarti kalian harus mencari pacar baru. Tapi cobalah fokus ke dalam hal yang lebih penting. Khususnya diri sendiri. Potong rambutmu supaya fresh, ubah pikiranmu dan tersenyumlah. Nikmatilah semuanya itu. Aku tahu! Ini tak semudah dengan perkataanku. Tapi seiring kita berdoa sambil menikmati segala yang ada. Aku yakin Tuhan sudah mempersiapkan segala yang indah. Kuatkan dirimu sendiri. Karena segala sumber kekuatan berasal dari hati. Biarlah semuanya mengalir dari hati sampai ke otak. Agar kita dapat mengetahui dan mengatur apa yang harus kita perbuat di dalam hidup ini. Salam semangat readers. –Novel-