Selasa, 30 Juni 2015

No Title

 




Dalam malam ini kembali aku bercerita kepada secarik lembaran yang tak berdosa. Sampai.. sangking putihnya aku pun malu berhadapan dengannya. Mungkin menurut kalian, tak ada gunanya ketikan-ketikan ini. Tak ada gunanya bercerita pada benda mati. Padahal maksud dan tujuan ku pada kalian para pembaca yang hidup.

Aku tahu pembaca ini tak banyak. Tujuan ku bukan untuk di kenal. Namun, aku ingin berbagi cara memaknai kehidupan disini. Ya! Mungkin dalam benak kalian, apa kuasa ku untuk berbagi-bagi. Memang tak sempurna aku ini, sekalipun tidak. Bernapaspun aku salah. Namun, aku hanya mengikuti instingku yang memiliki hasrat untuk menggores benda mati ini agar menghidupkan.

Seiring aku berjalan menuju tahun-tahun menua, tak ku pungkiri sangat banyak permasalahan yang terjadi. Dalam pekerjaan, dalam keluarga, dalam hubungan sosial. Aku sadar, setiap oksigen yang masuk bertambah pula masalah itu.

Jujur hati ini rapuh. Apalagi jika, apa yang kita harapkan tidak seperti yang nyata. Sama seperti kisah hati sekarang. Mungkin setelah lama vakum dalam dunia itu. Hati ini mulai mencoba pulih. Namun, seperti itulah. Rasanya sama seperti yang terdahulu. Ya, hanya goresan sederhana namun rasa yang kompleks.

Terlepas dari masalah hati. Terkadang setiap cerita kehidupan yang aku alami membuat ku tambah tak percaya diri. Mungkin aku terlalu buruk dan lebih baik disakiti. Mungkin aku tak sepenting mereka, dan lebih baik di abaikan. Betul begitu, dunia pun mengajarkan, tak perlu memikirkan hal penting. Mereka yang berbuat tak tahu rasanya. Karena seperti biasa hanya senyum yang ku kirimkan. Senyuman yang tulus agar mereka senang dengan apa yang diperbuat. Tak pernah aku kesal dengan mereka yang berbuat itu. Aku tahu, mereka adalah orang yang pencipta kirimkan untuk mendewasakan aku.

Setiap napas yang mungkin terdengar, aku membawa segala canda mereka ke dalam perasaanku. Sekalipun tidak teman, senyumku, komentarku dengan segala yang ditunjukkan hati ini, semua tulus dan apa adanya. Biarkan kita belajar bahwa dalam setiap udara yang terhirup tak perlu ada kepalsuan dan biarkan mengalir apa adanya.

Mungkin, aku tak tahu sampai kapan setiap suara ini dibuat bungkam. Hanya saja tetap aku berdoa kepada penciptaku, biar segala waktu spesial tersimpan untukku. Dengan kejutan istimewa yang dihiasi dengan decak kagum. Walau hanya aku sendiri yang merasakan kekaguman itu. Dan tak sedikitpun terlintas dalam hati ini untuk membalas dendam. Mungkin dalam kepercayaanku tak ada hukum karma, tapi yang ada hanyalah segala rancangan dengan tujuan.

Selasa, 02 Juni 2015

A Dream with One Message



 
Suatu Malam, disaat kau berdoa, aku yakin yang kamu minta pastinya mimpi dengan indah, dapat bermimpi tentang setiap mereka yang kamu cintai dengan segala yang baik isinya. Begitupun denganku. Namun, dalam suatu malam. Mimpiku tidak seperti apa yang aku minta.

Pada saat itu aku bermimpi bahwa aku tak ada lagi di dunia ini. Waktuku telah habis untuk hidup di dunia. Namun, anehnya aku tidak di antara surga atau neraka. Ya jiwaku masih ada di bumi, namun tak seperti manusia yang memiliki raga. Aku berteriak bahwa aku ingin kembali menjadi manusia. Aku tak ingin seperti ini. Aku berusaha melakukan apa yang manusia lakukan. Tapi tak bisa. Aku sedih, karena masih banyak yang belum aku lakukan. Hidupku belum sempurna dan aku masih belum menghargainya. Masih banyak pula dosa yang kuperbuat, dan dalam dunia ini masih banyak perilaku yang membuat penciptaku kecewa. Terlepas dari perasaan itu, aku pun bertanya mengapa aku masih disini. Mana yang namanya surga atau neraka? Terdengar sebuah bisikan.. bahwa itu hanya sebuah dongeng. Ya, dalam pembelajaran kepercayaanku, juga diajarkan bahwa surga dan neraka ada. Setelah mimpi itu pun aku masih percaya bahwa ada surga dan neraka.

Namun yang aku ingin bahas sekarang bukanlah tentang adanya surga atau neraka. Aku ingin membahas setiap pesan tersirat yang terungkap dari mimpi itu. Zaman ini pasti kita semua mengetahui istilah “YOLO”. Yes, You Only Live Once. Terkadang istilah itu kita jadikan tameng alasan, bahwa segala hal dapat kita lakukan sesukanya.

Ya, aku tahu seiring berjalan waktu, ku rasa dunia semakin kejam. Dengan segala hal yang mencuci pemikiran kita. Semudah itu kita merusak tubuh dengan narkoba, merusak mata dan pikiran kita dengan pornografi, sampai-sampai merusak tubuh kita dengan seks bebas. Dengan satu alasan memang mengapa kau menikmatinya, Yes, you said “YOLO”. Maaf bukan sok suci. Bukannya aku sok baik. Tak ada yang sempurna pada diriku, sama sekali tidak. Banyak sekali kekecewaan yang di terima oleh sang pencipta karena segala perbuatanku. Namun, mimpi ini menjadi teguran untukku pribadi dan hati ini ingin berbicara kepada kalian untuk berbagi, bahwa memang hidup hanya sekali, namun oleh karna itu harus kita hargai.

Mungkin jiwaku sekarang sedang melemah terhadap penciptaku. Aku tahu bahwa ini adalah pesan. Agar aku dapat membangkitkannya untuk mendekat. Aku juga sadar bahwa kita harus mencintai hidup karena Tuhan. Bukan sekedar hura-hura, happy-happy dan “hedon” sana sini. Tapi perbanyak juga waktu untuk berdoa. Memperbanyak waktu untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta. Dan juga mencintai segala yang diciptakannya. Bukan berarti kita tak boleh bersenang-senang dan berkumpul atau berjalan-jalan bersama teman lainnya. Namun, maksudku adalah mengajak kalian, mari kita bersama-sama untuk mencintai hidup kita. Dengan merawat tubuh kita, dengan menjaga kesehatan kita, menjaga hati dan pikiran dari hal yang buruk, mencintai juga alam semesta agar tampak selalu indah. Lakukan semua ini karena engkau mencintai penciptamu dan juga karena kamu hidup hanya sekali, maka lakukan yang terbaik bukan merusak. 

Aku mohon maaf jika pesan ini tak berkenan, namun aku hanya ingin mengajak kalian untuk bersama-sama melakukan hal baik, terhadap diri kita sendiri juga kepada dunia dan tak lupa orang-orang disekitar kita. “Best Regards”