Suatu malam di tengah sepi. Terdengar alunan merdu suara
angin melewati dinding. Membuat aku bertanya mengapa sepi ini menghantui? Walau
banyak durjana muda yang terlintas, banyak yang membuat hati ini riang, banyak
pula yang berlalu lalang dalam pikiran sempit. Tapi, kesepian itu tetap ada.
Sedang asik, ketika aku memandangi jendela tua, terlintas
orang muda sedang menyiram bunga. Begitu tampan dan seakan menyayat hati. Membuat
hati ini gundah gulana. Namun.. orang muda itu hanya asik dengan bunganya dan
tak sedikit pun menoleh kepadaku. Teringat aku pepatah seorang sahabat. Yang
telah selesai aku buatkan ilustrasi dan terus menerus terbunyikan dalam
jantungku. “Hai perempuan, untuk apa engkau hanya berdiam diri di jendela
melihat orang yang sama sekali tak menghiraukanmu? Yang hanya sibuk dengan
bunganya? Singsingkan rambutmu, dan pasang telingamu, lihatlah baik-baik. Seorang
lelaki yang sedari tadi mengetuk pintu dan berharap masuk ke dalam rumah. Ia sedang
menunggu engkau dari tadi. Telah mengetuk pintumu tanpa henti. Bersabar menunggu
engkau yang sedang menatap orang lain di jendela.”
Ya mungkin cerita tersebut menggambarkan kita sebagai seorang perempuan yang mungkin kurang peka terhadap situasi yang sedang kita alami. Tersadar, mungkin selama ini kita terlalu asik dengan orang yang kita harapkan, sampai-sampai menutup hati dengan orang yang benar-benar ada untuk kita. Aku mengakui sebagai seorang perempuan membuat aku fokus dengan apa yang aku inginkan, bukan mensyukuri apa yang ada. Selalu memandang apa yang di depan mata, tanpa melihat betapa indahnya sekeliling kita.
Sekali lagi, tulisanku adalah sebuah kesadaran, bukan sebuah
kesuksesan. Sekalipun tak ada maksudku untuk menggurui kalian semua. Karena tujuanku
hanya satu disini. Untuk membagikan dan mempelajarinya bersama-sama, menulis
agar aku ingat. Namun, dalam pengharapan yang paling dalam, tulisan sederhana
dan tak ada apa-apanya ini semoga dapat mengubah pemikiran seseorang, terutama
engkau hai perempuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar