Rabu, 27 Desember 2017

Rindu (Masa Lalu)

Sleeping woman on her legs Free Photo

Hai Pembaca,

Sudah ribuan tahun, aku tidak pernah menulis di lembar sederhana ini. Maafkan aku yang mungkin egois dan melupakanmu. Percayalah maksudku pun tidak begitu. Mahasiswa tingkat akhir yang menghabisi kehidupannya sambil bekerja. Dapat kalian bayangkan bagaimana aktivitasnya.

Hari ini, jujur saja aku bingung ingin mulai cerita darimana. Maklum, sudah lama tidak menulis. Bukan.. bukan.., bukalah aku jadi kaku. Namun, aku punya banyak cerita, sampai bingung mengungkapkannya. Hari-hari ini aku menemui hal yang menarik untuk kita bahas yaitu..

RINDU


Tulisan besar di atas nampaknya tak asing bagi kalian kan? Siapa disini yang tak kenal dengan Rindu. Semua pasti mengalaminya. Apalagi jika kita memasuki dunia baru dan meninggalkan dunia lama. Hahaha, mungkin kalian berpikir “Kamu saja Nov yang belum move on dan lain-lain.” Tidak sesederhana itu. Sudah atau pun belum, pasti kita merasakan Rindu.

Aku tidak spesifik berbicara tentang “relationship” tapi banyak hal lainnya. Mungkin tentang keluarga tercinta yang pergi terlebih dahulu. Ikhlas memang, namun rindu. Atau kamu yang sudah lulus dari sekolah, mau tak mau harus ke jenjang berikutnya, namun bisa rindu. Mungkin seperti aku yang harus menjalani 3 bulan praktek kerja di tempat yang baru, aku lebih senang dengan pekerjaannya, namun tak dapat dipungkiri, aku rindu dengan mereka yang lama.

Ya, berbicara soal rindu, kadang membuat kita menjadi sendu. Ntah apa yang harus di perbuat. Tak mungkin memaksakan diri untuk kembali ke masa lalu, karena hidup terus maju dan tak dapat mundur. Jika kata Dilan kepada Milea di dalam bukunya, “Jangan Rindu, ini berat, kau tak akan kuat.” Benar, ini berat, namun harus kuat. Bagaimanapun, masa lalu tak akan dapat kamu jalani lagi. Walau begitu, ia dapat membantumu melalui masa depan walau hanya dapat kamu rindukan dalam bayangan.

Rear view of sad woman next to the window Free Photo

Rindu itu seperti sekat dalam satu ruangan, menghalangi walau terkadang berdekatan. Tak dapat diruntuhkan, nanti ruangan itu menjadi rusak. Hanya dapat ditatap dan diterima saja sambil mendengar dentuman suara yang sayup terdengar. Tenanglah, jika rindu memiliki jarak yang berjauhan. Jangan takut untuk merindu. Mengapa? Karena hanya dengan merindu saja kita dekat dengan masa lalu. Walau masa lalu itu jauh, bahkan sampai tak dapat digapai. Tenanglah, doa pasti sampai kepadamu rinduku.
Nov, Desember.



Rabu, 10 Mei 2017

Fenomena Pemimpin Jakarta


Aku adalah salah satu orang yang sama sekali tidak tertarik soal politik sedikitpun sedari dulu. Namun, ada fenomena yang menarik untuk ku tulis dalam lembaran online ini. Fenomena yang mungkin cukup sensitif bagi sebagian orang, senggol sedikit bacok kayaknya. Hehehe.

Pemimpin Jakarta, yang sedang viral dibicarakan dalam segala perbincangan, ntah itu di TV, sosial media, sampai-sampai grup-grup personal whats app, line bahkan ketika sedang ngobrol biasa. Aku akan bersikap senetral mungkin disini. Walau aku yakin, kalian sudah tahu senang kepada siapa sejak zaman dahulu kala. Sejak dia belum menjadi pemimpin Jakarta. Namun bukan karena kita satu ras, tapi karena aku tahu kinerjanya.

Terlepas dari masalah siapa yang aku dukung. Aku menangkap sebuah pembelajaran dari fenomena pemimpin Jakarta ini. Aku ditegur banyak hal oleh. Oke, kita mulai dari pilkada, dimana banyak umat dari semua agama (bahkan aku dengar sendiri dari ruang kamarku) yang berdoa mati-matian agar para pemimpin yang mereka harapkan menang. Ya, tak perlu berbohong mungkin aku pun begitu. Namun, aku ditegur “Kenapa kamu berdoa ketika sedang berharap sesuatu hal yang kamu inginkan? Kenapa tidak berdoa demi keamanan, kelancaran, dan suatu hal yang hasilnya baik.” Lalu saat hasil tidak sesuai, banyak keluhan sana sini. Padahal aku tahu, segala hal yang terjadi itu telah diatur sedemikian rupa agar terjadinya indah. Sedih boleh, tapi DIA menegur bahwa segala hal yang terjadi itu kehendakNya. Ya, namanya juga manusia. Aku akui, aku pun sering menginginkan suatu hal yang aku mau, bukan yang DIA  rencanakan.

Setelah peristiwa pilkada lewat. Sekarang, yang sedang hangat-hangatnya adalah vonis hukuman 2 tahun penjara. Sedih memang mendengarnya. Aku tak membela siapapun. Namun, aku menganalisis sesuatu. Mungkin aku tidak terlalu paham dengan kasus yang terjadi dan membuat pemimpin Jakarta ini sampai di penjara. Yang ku ketahui, beliau diduga melakukan penistaan agama. Namun, sudah terungkap bahwa ada “manusia” yang telah mengedit dan memviralkan video tersebut sehingga muncul makna penistaan agama. Tapi beliau tetap dihukum? Hmmm.. Aku sempat sharing dengan temanku yang beragama saudara sepupu denganku. Aku yakin, dia paham betul akan agamanya. Dia mengakui bahwa sebenarnya pemimpin kita tidak salah. Intinya analisisku mengatakan bahwa bapak pemimpin Jakarta kita tak bersalah, namun karena masyarakat Jakarta yang belum dapat menerima perbedaan dan hadirnya beliau katanya dapat memicu perpecahan. Memang kita sudah terbiasa mungkin dengan streotype, prejudice dan lain-lain yang sebenarnya tidak perlu.

Well, aku mungkin tidak sehebat hakim Indonesia yang dapat memutuskan siapa yang salah dan siapa yang benar. Tapi, sekali lagi DIA, sang penciptaku mengajarkan sesuatu dari fenomena ini. Bahwa ada pengorbanan di setiap kita yang mengikuti jalan yang benar. Kita bisa lihat sekarang kinerja bapak pemimpin kita hingga sekarang. Korupsi berkurang, dana-dana tercatat dengan jelas dan banyak dana yang membuahkan hasil (RPTRA, Jakarta pintar sampai murid aku punya buku masing-masing dll). Aku percaya beliau adalah orang yang jujur. Nah, orang yang jujur memang banyak yang tidak suka sih ya. Hehehe. Walaupun buku PKN kelas 2 muridku menyatakan bahwa orang jujur akan mendapatkan banyak teman. Tapi, realitanya tidak begitu bukan? Contoh ada teman yang mengingatkan bahwa hari ini ada PR kepada guru, pasti dia akan dimusuhi satu kelas karena satu kelas tidak mengerjakan PR kecuali dia. Padahal ia baik, sudah bersikap jujur.


Tapi, aku juga merasa ada sebuah kesalahan yang terjadi para pendukung pemimpin kita. Ya, tak dapat dipungkiri, pemimpin kita seperti di “dewakan”. Aku tahu mungkin banyak jasa yang dirasakan begitu berarti. Boleh sedih, namun kita harus ingat bahwa segala hal yang terjadi di dunia ini, jika telah terjadi, pasti telah diijinkan oleh DIA yang maha kuasa. Pastinya Yang Maha Kuasa tahu apa yang paling indah buat bangsa ini. Jangan sampai kita bersedih sampai melupakan atau marah kepada DIA, ingat pencipta kita satu-satunya yang paling tinggi, DIA pencemburu. :)

Singkat cerita, aku tidak ingin membela siapapun di lembaran online ini, karena aku tahu masa kampanye sudah habis. Hehehe. Aku ingin bercerita saja kepada kalian bahwa fenomena pemimpin Jakarta ini membuat aku belajar sesuatu, karena diingatkan penciptaku:
1.       Berdoa setiap saat, jangan ada butuhnya saja. DIA juga berkata bahwa berdoa jangan menurut kehendak sendiri, tapi harus menyesuaikan kehendakNya.
2.       Mengerti bahwa, setiap orang yang menjunjung tinggi kejujuran pasti ada pengorbanan.
3.       Pencipta adalah satu-satunya yang boleh dijunjung tinggi.

Lumayan, fenomena ini membuat aku belajar menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Melihat dari peristiwa dan juga menjadikan sang pemimpin sebagai role model. Aku pikir, memang beliau layak ditulis di lembaran online saya ini.


Akhir kata, siapapun yang memimpin kotaku nantinya aku berharap mereka dapat mengajarkanku nilai-nilai yang berguna bagi kehidupanku. Mungkin sama seperti pemimpin yang sekarang. Banyak nilai yang dapat membuatku lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta. Ya, itu tujuan hidupku. Tak peduli baju putih atau kotak-kotak, yang penting mereka bisa membawa masyarakat di kehidupan yang lebih baik. #SaveJakarta 

Minggu, 16 April 2017

Pelajaran dari Sebuah Kehilangan


Di malam yang sendu ini, aku ingin bercerita sedikit. Mungkin sebuah hal yang sering kita hiraukan, sering tak kita sadari, tapi ternyata ini menjadi sebuah nilai bagi kehidupan aku.

Ya, aku ingin bercerita tentang sebuah pelajaran yang aku dapatkan ketika aku sedang merasakan kehilangan. Aku yakin, pastinya kamu semua pernah mengalami rasanya kehilangan. Entah itu kehilangan barang kesayangan, hilang rasa sukacita, atau mungkin kehilangan orang yang kalian cintai. Bagaimana rasanya? Kamu pasti bisa jabarkan sendiri, bukan?

cr: Hose Motret
Jujur aku pernah mengalami hal itu. Dari sekian banyak rasa “kehilangan” yang pernah kualami. Baru-baru ini aku merasakan rasa sedih yang begitu dasyat bahkan sampai sekarang aku pun belum percaya bahwa ia pergi dari hidupku. Namun, kita tak perlu bahas tentang dia yang hilang itu. Aku ingin berbagi kepada kalian bahwa kehilanganku yang satu ini membuat aku mempelajari suatu hal.




Dari kehilangan tersebut membuat aku belajar lebih menghargai. Loh kok bisa Nov belajar menghargai? Apa toh maksudmu? Hehehehe. Iya, karena aku merasakan susahnya ketika dia tidak ada bersamaku. Jika dulu ketika dia ada, aku seperti orang yang tidak bertanggung jawab. Menggunakannya dengan asal-asalan, tidak berhati-hati dan tidak peduli dengan dia.

Memang penyesalan selalu datang terlambat. Ketika dia sudah hilang barulah aku sadar bahwa dia begitu berarti dalam hidupku. Dari situlah aku belajar menghargai semua hal. Mengapa? Karena aku takut kehilangan.

Terlihat sedih memang menceritakan sosok dia yang pergi dalam hidupku. Namun, tak apa. Setidaknya aku belajar sesuatu yang berharga dan dapat kubagikan kepada kalian. Satu hal lagi yang bisa ku dapatkan dalam ceritaku ini. Ya, aku juga belajar bahwa segala hal di dunia ini adalah fatamorgana belaka, karena yang abadi hanyalah DIA yang di atas saja.


Kehilangan juga menyadarkanku. Bahwa tak perlu berlarut-larut bersedih. Mengapa? Karena tak perlu takut sbab ada satu pribadi yang selalu menyediakan apa yang kita butuhkan. Boleh sedih, namun kita harus kalau Pencipta kita tak mungkin meninggalkan kita. Ia selalu ada dan menyediakan yang terbaik.

Seperti biasa, aku mau ajak kalian bareng-bareng untuk selalu menghargai dan bersyukur tentang segala hal yang kita miliki. Karena, kehilangan itu rasanya sedih sekali. So readers, yuk jangan pernah kita bersungut-sungut dan mengeluh tentang apa yang ada di hadapan kita sekarang. Tenang saja, kita belajar bersama, aku juga kadang sering seperti itu. Namun, adanya peristiwa kehilangan yang sangat sedih sekali untuk aku ini memunculkan challenge baru bagi kehidupanku yaitu MENGHARGAI.

Pembaca, kalau aku jadi kalian, sebenernya dari tadi aku bingung sih. hehehe. Bagaimana cara menghargai itu kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari? Ku beri contoh sedikit, misalkan dengan memuji karya seseorang tanpa mencela nya, membuat orang terdekat misalkan ayah, ibu atau teman-teman tersenyum atau merapikan koleksi buku novel kamu, bisa juga dengan menyimpan rapi semua barang yang kamu miliki. Sesimple itu kan “menghargai”? Tak usah dahulu kita pikir hal yang jauh dan sempit. Karena menghargai itu sederhana dan sangat luas ruang lingkupnya.

Begitulah ceritaku, mungkin sangat sederhana dan tidak terlalu penting. Sama seperti tulisan-tulisanku sebelumnya. Aku tidak mau menggurui kalian. Namun, aku hanya ingin berbagi nilai-nilai yang mengubah aku menjadi kehidupan yang lebih baik. Siapa tahu kalian sedang merasakan hal yang sama. Mungkin sedang galau ditinggal pacar. Hehehe. Atau mungkin sedang sedih karena merasa kehlangan. Aku berharap selesai membaca ini, kamu mendapatkan pengharapan baru dan tidak sedih lagi. Sekian.  -00.02



Kehilangan membuat aku belajar lebih menghargai. –Novita Elkana-

Sabtu, 07 Januari 2017

Manusia Baru

cr: Hose Motret

Tujuh hari telah berlalu di tahun 2017. Maafkan aku, jika sudah lewat sekitar 1 minggu untuk menulis tentang tahun yang baru ini. Namun, ku pikir, euforia tahun baru masih terasa. Anak-anak kecil masih menikmati liburan. Kawan-kawan yang merayakan tahun baru di luar negeri, baru saja tiba malam ini. Walau, deru kembang api sudah tak terdengar lagi.

Hai pembacaku.
Selamat Tahun Baru ya.
Dan maaf jika terlambat, Selamat Natal untuk kalian semua yang merayakan.
Aku senang memiliki kalian di tahun-tahun ini. Aku baru sadar, tak terasa blog ini sudah berumur 3 tahun lamanya. Kalian lah yang menjadi inspirasiku. Kalian juga yang menjadi saksi-saksi penulisanku.  Saksi-saksi bahasa kalbu dan perasaan nyata dalam bentuk tulisan. Bersyukur, jika masih ada yang ingin membaca blog ini, walau kadang isinya tak terlalu penting bagi kalian. Namun, aku terus berharap kalian mendapatkan manfaat yang berarti setelah membaca semua tulisanku.

Awalnya, aku juga ingin berterimakasih kepada tahun 2016.
Tahun yang penuh arti untukku. Begitu indahnya dia sampai susah ku lupakan. Banyak yang aku pelajari. Belajar bagaimana menjadi orang yang lebih baik, belajar bagaimana menjadi manusia yang tidak egois, belajar juga bahwa hidup harus memiliki arti, bukan sekedar bernapas belaka. Hmm, mungkin jika hidup untuk bernapas saja, ku pikir semua pun juga bisa. Namun, bagaimana caranya agar orang di sekitar kita menyadari bahwa kita adalah orang memberi dampak bagi hidup mereka. Ya, intinya menjadi orang yang berguna.
Tahun 2016, juga mengajarkan aku untuk menyadari, bahwa tak semua hal yang kita pikir baik, yang kita inginkan dapat sesuai dengan apa yang Sang Pencipta rencanakan dalam hidupku. Yang aku percaya, Penciptaku pastinya lebih tahu apa yang akubutuhkan.
Aku juga diajarkan bagaimana aku harus berbagi kasih kepada orang-orang yang sebenernya aku benci, karena ia telah membuat hati saya terjatuh. Aku harus berteman, bahkan bersahabat dengannya tanpa memikirkan hal yang dahulu pernah ia lakukan, karena aku harus memaafkannya.
Tak hanya itu, aku juga di ajarkan bagaimana dalam setiap hal, aku harus melakukannya yang terbaik, walau sebenernya mungkin aku tidak suka melakukan itu. Hmm, malah terkadang , pada akhirnya dipandang sia-sia oleh mata manusia dunia. Namun, aku yakin Penciptaku adalah Tuhan yang Maha Kuasa dan akan memperhitungkan semuanya itu. Aku hanya melakukan tugasku, yaitu  mengerjakan semua hal dengan seluruh kemampuan yang aku bisa dan selalu berpikir setiap yang aku lakukan hanya untuk Dia saja.
Tahun 2016 juga, memberi saya kesempatan untuk mengenal Sang Pencipta jauh lebih dalam dari sebelumnya, tak hanya mengenal namun saya merasakan atmosfir kasih dariNya secara indah hanya untuk saya.
Aku sungguh bersyukur atas segala yang terjadi. Mulai dari kisah senang yang tak dapat aku lupakan. Sampai kisah sedih yang memberiku pelajaran. Itulah mengapa ku bilang tahun 2016 sangat begitu menakjubkan, karena banyak hal yang aku dapatkan untuk menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya lahir di tahun itu.

cr:Hose Motret

Lalu, apa yang aku harapkan di tahun yang baru ini. tahun 2017.
Tentu saja menjadi pribadi yang lebih baik. Ya, kalau di bilang itu resolusi umumlah. Hehehe.

Tapi, aku ingin membagikan kepada kalian pembacaku. Kalau di tahun ini, aku tidak mau menjadi orang yang sama seperti dahulu. Mungkin, jika kalian belum mengenal aku, kalian tidak tahu kalau aku itu orang yang baper, sensitif dan banyak sifat buruk yang mungkin tidak disukai oleh sesamaku. Aku ingin mengurangi itu. Aku pikir, itu memang tidak baik dipelihara dalam hidup ini.
Aku juga ingin menjadi sosok yang lebih berguna bagi manusia di sekelilingku. Ya, itu salah satu hal yang harus aku lakukan untuk mengerjakan pekerjaan Sang Penciptaku. Aku tak mau menjadi sia-sia dalam hidup ini. Ya kalau kalian pernah baca blog aku sebelumnya, tentang hidup hanya sekali. Disini aku ingin mengingatkan kalian, bahwa hidup itu cuma sekali loh, yuk jangan disia-siakan.
Aku juga ingin menulis lebih indah dari sebelumnya. Tentu saja buka untuk pamer atau apa ya. Hehehe. Aku ingin tulisanku ini bermanfaat dan memiliki arti untuk kalian yang membacanya. Aku tahu, jika aku tak memiliki kemampuan. Semua ini aku bisa lakukan karena Penciptaku yang luar biasa. Maka dari itu di tahun ini, aku akan terus berlatih agar semakin indah lagi.
Aku juga ingin semakin mengenal Tuhanku lebih nyata dan lebih dekat lagi dari sebelumnya. Membangun hubungan yang indah, juga mengerjakan setiap pekerjaanNya dengan hati yang bersukacita. Aku harap sisa-sisa waktu yang ada bisa aku berikan hanya untuk Sang Penciptaku sepenuhnya. Tentu saja dengan visi misi berharga yang Dia yang berikan.
Ya, sepertinya hanya itu saja sih. Sisanya, umum-umum saja. Mungkin soal karir, pasangan, kisah cinta, studi, keluarga, persahabatan dan lain-lain, aku yakin, Tuhan telah melukiskannya dengan indah di tahun 2017. Yang pastinya aku berharap semuanya itu lebih baik dari tahun sebelumnya.


Begitulah kisahku, tahun yang baru ini membuat aku menjadi lahir sebagai manusia yang baru lagi. Tentu saja dilengkapi dengan hati dan pikiran yang baru. Aku berharap, apa yang aku pelajari di tahun 2016 dapat menjadi bekal untuk menghadapi 2017 yang pastinya semakin “meriah” lagi. Aku juga mohon doa dari kalian pembacaku untuk mengAMINkan segala doa dan harapan untuk tahun yang baru ini.  Aku juga sadar, jika resolusi tidak hanya berkutat sekedar menjadi sukses belaka. Tapi, bagaimana kita menjadi bermanfaat bagi orang-orang yang ada di sekitar kita. Bukan hanya berdoa, agar masalah tidak menimpa kita. Masalah akan selalu ada, berdoalah agar kita dapat diberi kekuatan lebih lagi untuk mengatasi masalah tersebut dengan hati dan pikiran kita yang jauh lebih dewasa sebelumnya.  

Aku yakin, tak hanya aku yang punya harapan dan doa untuk tahun 2017. Kalian juga pasti punya kan. Yuk, kalau ada waktu, aku ajak kalian untuk berbagi disini. Kalian bisa komentar, apa yang menjadi harapan kalian untuk tahun berikutnya. Kalau boleh juga, silahkan share atau bagikan blog ini kepada teman-teman kamu ya, siapa tahu mereka juga ingin berbagi harapan disini, atau mungkin ingin membaca saja. Hehehe. Pastinya, aku berharap akan menyadarkan satu sama lain, bahwa resolusi tak hanya menyangkut tentang kesuksesan diri. Namun, bagaimana kita, apa yang mau kita lakukan dan mau jadi apa kita dihadapan Sang Pencipta, diri sendiri dan tentu orang-orang yang kita sayang.

Kamis, 08 Desember 2016

Keep Our Mouth




Hari ini aku terdiam di tepi aliran air laut yang desirannya terdengar begitu indah dan syahdu. Membuat hati ini kembali merenung. Secara sederhana mengkoreksi segala keganjalan dalam hati. Walau terlihat tak terjadi apa-apa. Tapi, setelah kupikir-pikir lagi. Ada salah satu sikap buruk yang sebenarnya aku sadar bahwa aku melakukannya, namun aku menganggap itu angin lalu belaka.

Ya.. semua itu karena perkataan yang tak berhasil ku jaga selama ini. Bagaimana dengan kamu? Apakah kalian bisa? Atau… ??


Aku tahu mulut ini jahat, mulut ini api, mulut ini membuat orang di sekitarku sedih. Ya, pasti banyak di antara kamu yang bilang aku terlalu berlebihan. Sudah biasalah kalau kita saling mengejek, kan hanya candaan belaka, tak perlu di ambil hati. Namun, setelah ku pikir-pikir lagi, sepertinya tujuan dari bercanda itu tak membuat salah satu pihak menjadi sedih. Malah harusnya membuat kita semua sama-sama senang.


Aku cerita sedikit ya pembaca. Aku pernah membaca sebuah kitab yang aku anggap itu pedoman hidupku. Katanya dalam sebuah kitab itu, “Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapa pun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar.” (James). Setelah teringat akan itu, aku merasa kesedihan. Perkataan yang menyakiti hati sesamaku, dan hal itu tak pernah ku pedulikan sedikitpun. Ku pikir semua itu hal yang biasa, candaan belaka, hanya lewat seperti angin.

Namun, aku salah. Pasti di dalam lubuk hati mereka yang paling dalam, mereka menjadi sedih. Dan tahukah kamu akan pepatah yang mengatakan bahwa “perkataan adalah doa”. Secara alam bawah sadar, perkataan dari orang sekitar mempengaruhi pola pikir dan juga kehidupannya. Contohnya saja seorang anak dikatakan, “kamu bodoh, kamu ga bisa ini dan kamu ga bisa itu.” Sampai besar pasti anak itu akn berpikir seperti itu, walau sebenarnya adalah anak yang pintar. Coba bayangkan, apakah benih jelek jika di tanam di tanah yang baik, akan bisa tumbuh menjadi pohon yang indah? Tentu saja tidak kan?

Hmm..

Merenungkan hal itu membuat aku ingin berubah. Aku ingin berubah menjadi gadis dengan perkataan yang manis. Yang tak merusak pola pikir sesorang. Ingat lidah itu sama seperti api, jika kecil ia adalah kawan yang sangat bermanfaat, namun ketika besar ia menjadi lawan yang dapat melahap abis dan membakar hangus.

Aku ingin setiap perkataan yang keluar dari bibir kecil ini adalah perkataan yang positif, membangun jiwa seseorang, mengubah pola pikir orang yang mendengarnya menuju ke arah yang baik. Bukannya malah membuat mereka terjatuh dan kelam. Aku tahu kebutuhan dari generasiku adalah apresiasi. Banyak teman, bahkan aku sendiri pun terkadang merasakan rendah diri karena kurangnya itu.

Perubahan ini memang terlihat kecil. Namun, aku tahu ini sulit. Pembaca, aku tak sempurna. Aku menulis ini bukan untuk menasihati kamu ya. Tulisan ini adalah tantangan bagiku. Ya dapat dikatakan sebagai alarm, agar aku melakukannya. Aku tidak mau menjadi pribadi yang hanya bisa nulis saja tanpa melakukannya. Sebenarnya.. aku ingin mengajak kalian untuk melakukan perubahan seperti diriku, tapi jika kalian mau.

Aku sudah membayangkan jika aku mulai melatih mulut ini dengan berkata positif. Segala ejekan, sakit hati dan lain-lain akan pelan-pelan hilang, termasuk apa yang terkadang kurasakan. Karena aku yakin ini pasti menular terhadap orang-orang di sekitar kita. Hati yang positif akan memancarkan energi yang positif pula.


Ya, begitu saja ceritaku. Seperti yang tadi aku bilang, aku ingin mengajak kamu, jika kamu mau. Jika belum mau, tak apa, bantulah aku dalam doa ya. Sehingga tak ada lagi orang-orang sekitarku yang sedih karena mulutku. Walau aku tahu, mungkin mereka cuek dan menganggap perkataanku angin lalu. Namun, aku tak mau berdoa yang jelek-jelek terhadap orang sekitarku, yang mayoritas orang-orang yang aku sayang. Aku ingin menjadikan perkataanku hadiah, walaupun dengan kata-kata sederhana, karena membeli barang yang mahal aku pun tak mampu.


Demikian ceritaku pembaca. Kalau kalian mau, dan lagi banyak waktu, silahkan berikan komentar di bawah ya tentang cerita dan perkataanmu. Kalau boleh, bagikan juga ceritaku ini kepada sahabatmu, orang-orang yang kamu kasihi, barang kali ia mau dengan ajakanku. Terimakasih untuk kamu yang sudah membaca. Tak lupa ku kirimkan doa yang indah kepada kamu semua, seperti biasa ku lantunkan lewat angin yang akan membawa setiap doa itu ke hadirat sang penciptaku. J

Jumat, 21 Oktober 2016

Why vs Thank You



“Mengapa?”

Selalu ada di benakku, menghantui setiap pikiran kelam ini, dan selalu bertanya-tanya di sela-sela hati yang gundah.

Mengapa mereka bisa ini, sedangkan aku tak bisa?

Mengapa aku yang harus mencintainya terlebih dahulu bukannya dia?

Mengapa tubuhku tak sempurna?

Mengapa ada orang membenciku, kenapa tak semuanya saja mencintaiku?

Mengapa aku selalu kesulitan dalam menjalani semuanya?

Dan lain-lain..

Aku terlahir tak sempurna. Banyak hal dalam kekuranganku yang membuat sulit untuk berkembang. Banyak suara kiri kanan yang berkata bahwa aku tak ada apa-apanya, aku tak bisa dan aku tak memiliki kemampuan apapun yang dapat kubanggakan. Ya, berbeda pastinya dengan kalian. Atau.. mungkin kita sedang dalam hal yang sama? Entahlah, aku tak tahu.

Ya, yang aku tahu, aku salah. Hal itu membuatku jatuh dan menutup diri. Aku merasa dunia sama sekali tak membutuhkan aku. Oke! Oke! Mungkin terlalu berlebihan. Namun, kadang kedagingan ini membuat aku secara manusiawi berpikir sesingkat itu.

Hmm..


Namun, makin kesini, aku merasa sungguh berdosa. Siapa aku manusia yang hanya dapat mengeluh. Padahal aku tahu, penciptaku maha memberi, maha tahu dan selalu punya yang terbaik dari hidupku.  Sadarkah kita? Waktu sangat singkat. Paling lama hidup hanya 100 tahun. Dan dalam waktu itu pula belum tentu kita dapat menghabiskan jarak dari bumi ke matahari. Tapi, kita memakainya hanya untuk bertanya “mengapa” tanpa melakukan suatu hal yang berguna dalam diri. Sungguh sia-sialah aku.

Akhirnya.. Aku bangun.. Berdiri.. Sambil menghirup napas sepanjang yang aku bisa.. Dan menghembuskannya kembali ke alam.

Ya, bersyukur sesimple itu. Aku terlalu bodoh yang selalu memikirkan bahwa keajaiban selalu bermula dari hal yang besar. Padahal dalam hidup ini banyak sekali alasan untuk kita bersyukur. Kadang jatuh ke tanah pun kita dapat bersyukur. Hmm caranya? Coba sadari, jikakita jatuh, lalu sakit, itu artinya syaraf dalam tubuh kita masih sehat dong ya. Bayangkan, kita sudah berdarah-darah lalu tak merasa sakit sedikitpun.  Hanya itu singkatnya.

Terlalu mudahnya aku bertanya “mengapa”,  namun sulit melontarkan kata “terimakasih”. Padahal panjangnya tak seberapa berbeda. Tak sanggup aku memilikirkan isi hati Tuhan, yang pastinya sedih karena keluh kesah yang aku buat. Ya, rasanya seperti mendengar temanmu curhat untuk masalah yang sama berulang-ulang.

cr: hosemotret

Terkadang aku tertegun, mengapa aku sulit berterimakasih? Berterimakasih atas hari ini, atas indahnya alam yang ku lihat sampai berterimakasih atas kesakitan yang dapat aku rasakan. Tak terbayang jika aku manusia yang tak dapat marah, tak dapat sakit dan tak dapat sedih. Mungkin hidup lebih tak berguna lagi jadinya.

Aku ingin berubah untuk bersyukur. Dan berhenti mengeluh. Seperti kata sebuah quote “Baiklah kita berubah untuk diri kita sendiri bukan karena orang lain. –AJC.”  Ya, demi kebaikan kita sendiri kita harus berubah. Bukan karena mereka yang mencerca aku dan mengatakan aku tak bisa. Namun, karena aku yang sudah terlanjur sedih melihat isi hati sang pencipta.

Sekarang tak akan ku ijinkan semua benih perkataan jahat tumbuh subur di hati ini. Orang-orang yang berkata aku tak bisa, tak mampu dan tak berguna, akan ku hilangkan. Karena aku tahu bahwa Dia telah memberiku kemampuan dan seluruh keajaiban itu ada di sekitar kita. Hai pembaca, bukan maksud dariku untuk menggurui kamu ya. Aku hanya menceritakan saja hal bodoh yang aku sudah perbuat sebelumnya. Barangkali kita dapat bersama-sama berubah untuk diri kita sendiri.  Aku pun sekarang sadar, dalam segala situasi yang ada di dalam hidupku sekarang, sudah layak dan sepantasnya aku berterimakasih padaNya.


“It’s better say thank you than why, Right?” –SC.

Minggu, 04 September 2016

It's About Heart


Hari-hari ini, saya merasa bahwa  ketika saya menulis banyak mendatangkan hadirat dari sang Pencipta. Oleh karena itu malam ini pula, izinkan saya menulis sedikitnya point-point penting yang terlihat menakutkan namun sangat indah dan memiliki janji yang penuh pengharapan tentang komunitas rohani yang saya miliki.

Selama 1 tahun 6 bulan, kami berkomunitas. Kami merasakan solidaritas dan persatuan hati yang telah berhasil kami bangun dalam naungan sang Pencipta. Namun, ada suatu yang sangat penting dalam hidup kita yaitu pertumbuhan iman dan hati. Sangat disayangkan bahwa, jika selama ini hal-hal di luar komunitas kami yang di bawa masuk ke dalam, padahal seharusnya dari dalam yang dibagikan keluar. Memang hal-hal internal dan lokal banyak yang harus diperbaiki.

Beberapa hal yang harus kami lakukan sebagai satu kesatuan komunitas yang utuh dalam Pencipta:
1. Berbaur dan tidak bersikap eksklusif
2. Do the best dengan apa yang kita kerjakan. Lakukan seakan-akan tak kamu lakukan lagi esok hari.
3. Sikap dan kepribadian masing-masing yang memang harus dipersatukan yaitu memiliki satu hati dan satu komitmen.
4. Kerendahan hati dalam melayani, karena semua yang dimiliki berasal dari Pencipta dan bukan kuat gagah kita sama sekali.
5. HATI- bukan seberapa banyak kehadiran kita, namun seberapa dalam hati yang kita berikan di hadapan sang Pencipta.

YANG TERJADI
Seumpama orang yang lapar bermimpi ia sedang makan, pada waktu terjaga, perutnya masih kosong, atau seumpama seorang yang haus bermimpi ia sedang minum, pada waktu terjaga sesungguhnya ia masih lelah- sebuah kata dalam kitab.

Ya, inilah yang terjadi pada komunitas kita, dimana kelihatannya kita kenyang namun lapar, terlihat puas namun haus.
Hal yang harus diperbaiki adalah HATI, yang mungkin kita memiliki hati yang kurang murni di hadapan Pencipta. Mengapa harus diperbaiki? Karena hati yang seperti itu tidak membawa sukacita dan dampak bagi orang-orang sekitar.

SEBUAH JANJI
Bertobatlah dan tinggal dekat di hadapan sang Pencipta. Memang kita lapar akan pengajaran dan kesaksian hidup. Itulah yang harus kita cari. Namun percayalah, Pencipta akan menyediakan air dan makanan itu, walau sedikit namun kita akan berada dalam ruang lingkupNya dan di tuntun jika kita salah berbelok.

Akan ada roti yang sedap dan sangat enak, akan ada juga EMBUN TERANG yang menjadi refreshment dalam pelayanan kita. Akan ada pula ombak cinta yang menenggelamkan dan penuh sukacita.

Dan..
Ada juga sebuah janji untuk masa depan, yaitu para pahlawan-pahlawan akan bangkit, yang mungkin berasal dari ketidak berdayaan. Namun, ia berhasil menjadi pahlawan yang lebih dari sekedar prajurit. Karena.. tahukah kalian pembaca, bahwa pahlwan telah berulang kali menang dari peperangan.

SEBUAH PESAN
Taati pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang bertanggung jawab atasnya.-sebuah kata dalam kitab suci

Pemimpin adalah seumpama seorang ayah dan ibu yang memiliki anak-anak. Orang tua mana yang tak bangga dan bahagia apabila sanga anak selalu mengapresiasi dalam kesetiaan apa yang mereka lakukan. Dan anak mana yang tak beruntung jika setiap detik, menit waktu berlalu, selalu ada orang tua yang berjaga-jaga dan bertanggung jawab atasnya.

IT IS ABOUT HEART
Semua dari pembahasan tadi intinya adalah hati. Hati yang paling murni dan bersih yang harus diberikan kepada sang Pencipta. Bersih dan murni berbicara tentang komitmen, karena kita pastinya tahu, semua manusia di dalam dunia pasti berdosa.  Pembaca, aku ingin memberi tahu, bahwa sang Penciptaku sangat indah. Ia maha memberi, Ia maha pengasih dan Ia maha bisa. Semua dalam dunia ini sangat mudah untuk dilakukan bagiNya. Sebenarnya ia tak perlu apapun dariku. Penciptaku hanya ingin hati yang murni ketika kita berhadapan denganNYa. Intinya semua yang kita lakukan di dunia ini tidak akan sia-sia, jika dikerjakan dengan Hati dan hanya untuk Dia saja, sang Pencipta itu.



Lepas dari hal itu. Bagiku komunitas ini adalah hal yang istimewa. Sebuah anugerah dari Pencipta yang begitu menakjubkan. Sebuah tempat atau ladang dimana kami dapat bertumbuh, dan mengenal sang Pencipta lebih dalam. Kalian tak hanya sekedar komunitas, tapi seseorang yang dapat aku, menyebutnya keluarga.





Saya bersyukur atas kalian

Saya bersyukur atas waktu

Saya bersyukur atas kesempatan

Saya bersyukur karena saya terpilih

Dan..

Saya bersyukur karena Engkau, Penciptaku.


Kiranya, biarlah setiap doa yang terlantunkan hari ini, dapat di bawa oleh angin yang terbang tinggi berserta dengan malaikat mungilnya menuju ke atas dimana Tuhan berada. Sehingga hari-hari kami dapat lebih baik sebelumnya. Yang terjadi dapat diperbaiki, sebuah pesan dapat dijalani, sebuah janji dapat terjadi dan sebuah hati dapat dimiliki. Dan izinkan kesatuan hati ini, akan tetap ada selama kita ada.