Jumat, 20 Februari 2015

ALWAYS being together



Sampailah kita dalam sebuah perjalanan yang bergerak terus maju. Setiap kata per kata, harum per harum, bunyi per bunyi terasa begitu sakit namun dengan arti yang indah. Awal tahun 2015 yang mungkin harus dan sangat penting ku ceritakan. Dimana segala perjuangan yang telah kita bina,perjuangkan, dan disinilah kita menuntaskan hal itu.

Aku berkuliah di sebuah fakultas komunikasi. Dimana kita mendapatkan sebuah anugerah untuk tahu dunia panggung dan keartisan. Anugerah itu harus dituntaskan dengan satu project, yaitu theatre. Sebuah project yang menurutku terdengar asik, terlihat begitu mudah dan menyenangkan. Namun, aku salah. Project ini dijalankan satu kelas yang memilki 39 kepala dan di produseri dengan 2 dosen. Mungkin tak terbayangkan sebelumnya betapa indahnya penyatuan 41 otak yang berbeda-beda itu.

Hari itu pun di mulai. Masalah pertama muncul, karena script yang harus dicari(tak boleh buat sendiri) dan tak boleh sama dengan ratusan judul theatre sebelumnya. Kami bersama-sama mencari sampai hari itu lewat karena kami menemukan script dan sepakat dengan judul “Always..?” yang berceritakan tentang drama komedi. Tak hanya itu, betapa banyaknya yang harus kita hadapi. Mulai dari masalah latihan dan cast, uang yang harus terkumpul, pencarian sponsor, penggalangan dana yang membuat kita harus merasakan terik matahari berjualan air minum, masalah vendor, dan lain-lain. Ada lagi satu masalah yang pasti kita hadapi yaitu, belajar untuk membuang ego masing-masing, menguburnya dalam-dalam dan memikirkan satu sama lain.


Dalam project theatre ini, setiap divisi memilki peran masing-masing dengan tingkat stress yang berbeda-beda. Namun, kita semua larut dalam masalah yang sama. Ya! Manyadarkan diri bahwa kita bukan satu tapi 41 kepala adalah hal yang sangat sulit. Dengan theatre ini, kita merasakan, bagaimana perasaan benci terhadap satu orang, tak boleh kita ingat pada saat itu. Menjaga perasaan satu sama lain dan perasaan sendiri agar semuanya berjalan dengan lancar. Mungkin sangat sulit bahkan tak perah ku bayangkan sebelumnya.

Salah satu ujian akhir semester kita yang pertamanya ku anggap formalitas belaka, ternyata aku salah. Dsinilah aku mendapatkan sesuatu. Belajar bagaimana cara menghargai satu sama lain. Memaksa kita menyimpan semua rasa kesal yang ada dalam hati, bukan bermaksud untuk bermuka dua, ini hanya semata untuk menjaga perasaan satu sama lain. Aku juga belajar bagaimana cara melupakan bahwa ini bukan tentang “aku”, tapi tentang “kita” dan tak boleh sedikitpun keluar keegoisan dalam diri. Dimana aku juga harus di atur oleh teman seperjuangan yang umurnya kurang lebih sama denganku. Aku juga belajar tidak menghitung pekerjaan, artinya tidak melihat siapa lebih banyak atau siapa lebih sedikit, karena semuanya di anggap sama.
Malam Nominasi


Ini piala yang didapatkan Kenn dan Peter.. :)
Aku bersyukur dengan pelajaran yang menurutku ini anugerah. Kerja keras kita pun tak sia-sia, aku pun bangga dengan dua piala yang dibawa oleh temanku yang menjadi cast dengan memenangkan nominasi. Ya, semua pekerjaan yang kita lakukan dengan sungguh, pengorbanan, caci maki, dan ditutup dengan lipatan tangan, aku yakin tak sia-sia dan semuanya indah. Di tambah pimpinan Angel sebagai production manager dan Marsha sebagai director, yang kami pilih dan kami percayai bisa memimpin theatre ini menjadi berhasil, semua yang mereka lakukan telah selesai dan berbuah begitu manis sekarang.



Tak lupa kami mengucapkan berjuta bahkan bermilliar rasa terimakasih dosen dan assistant dosen kami. Ya, miss Vicky dan juga miss Karin. Kami bersyukur memilki dosen yang sangat begitu indahnya bagi kami. Tanpa mereka “always..?” kami tak ada apa-apanya. Hanya butiran yang mungkin di anggap tak penting. Kami bersyukur atas kata-kata indah yang dihaturkan sebelum pertunjukkan dimulai. Mungkin bagi kami awalnya terdengar sangat keras, cucuran air mata keluar saat itu, muka takut dicampur geram yang tertampil, tapi itulah yang menguatkan mental kami. Kami percaya pisau yang di asa dengan kesakitan akan tajam. Semoga semua ini bisa menjadi awal kami untuk berjalan kedepannya. Tak perduli, nantinya kami akan masuk ke dalam dunia theatre atau tidak. Namun, project ini mengajarkan kami berbagai hal yang akan kami hadapi dalam dunia kerja dan dunia kehidupan sesungguhnya.
Semoga segala apa yang kami doakan, kami jalani dan kami napaskan, tak akan terbuangkan seperti kulit kacang. 


Namun, biarkan itu terbang seperti oksigen yang ada di udara, yang selalu ada dan akan terus ada sampai akhirnya semua itu tak kembali bernapas lagi.
Done!! Thank GOD.. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar