Sampailah kita dalam sebuah perjalanan yang bergerak terus
maju. Setiap kata per kata, harum per harum, bunyi per bunyi terasa begitu
sakit namun dengan arti yang indah. Awal tahun 2015 yang mungkin harus dan
sangat penting ku ceritakan. Dimana segala perjuangan yang telah kita bina,perjuangkan,
dan disinilah kita menuntaskan hal itu.
Aku berkuliah di sebuah fakultas komunikasi. Dimana kita
mendapatkan sebuah anugerah untuk tahu dunia panggung dan keartisan. Anugerah
itu harus dituntaskan dengan satu project, yaitu theatre. Sebuah project yang
menurutku terdengar asik, terlihat begitu mudah dan menyenangkan. Namun, aku
salah. Project ini dijalankan satu kelas yang memilki 39 kepala dan di
produseri dengan 2 dosen. Mungkin tak terbayangkan sebelumnya betapa indahnya
penyatuan 41 otak yang berbeda-beda itu.
Hari itu pun di mulai. Masalah pertama muncul, karena script
yang harus dicari(tak boleh buat sendiri) dan tak boleh sama dengan ratusan
judul theatre sebelumnya. Kami bersama-sama mencari sampai hari itu lewat
karena kami menemukan script dan sepakat dengan judul “Always..?” yang
berceritakan tentang drama komedi. Tak hanya itu, betapa banyaknya yang harus
kita hadapi. Mulai dari masalah latihan dan cast, uang yang harus terkumpul,
pencarian sponsor, penggalangan dana yang membuat kita harus merasakan terik
matahari berjualan air minum, masalah vendor, dan lain-lain. Ada lagi satu
masalah yang pasti kita hadapi yaitu, belajar untuk membuang ego masing-masing,
menguburnya dalam-dalam dan memikirkan satu sama lain.
Dalam project theatre ini, setiap divisi memilki peran
masing-masing dengan tingkat stress yang berbeda-beda. Namun, kita semua larut
dalam masalah yang sama. Ya! Manyadarkan diri bahwa kita bukan satu tapi 41
kepala adalah hal yang sangat sulit. Dengan theatre ini, kita merasakan,
bagaimana perasaan benci terhadap satu orang, tak boleh kita ingat pada saat
itu. Menjaga perasaan satu sama lain dan perasaan sendiri agar semuanya
berjalan dengan lancar. Mungkin sangat sulit bahkan tak perah ku bayangkan
sebelumnya.
Salah satu ujian akhir semester kita yang pertamanya ku
anggap formalitas belaka, ternyata aku salah. Dsinilah aku mendapatkan sesuatu.
Belajar bagaimana cara menghargai satu sama lain. Memaksa kita menyimpan semua
rasa kesal yang ada dalam hati, bukan bermaksud untuk bermuka dua, ini hanya semata
untuk menjaga perasaan satu sama lain. Aku juga belajar bagaimana cara
melupakan bahwa ini bukan tentang “aku”, tapi tentang “kita” dan tak boleh
sedikitpun keluar keegoisan dalam diri. Dimana aku juga harus di atur oleh
teman seperjuangan yang umurnya kurang lebih sama denganku. Aku juga belajar
tidak menghitung pekerjaan, artinya tidak melihat siapa lebih banyak atau siapa
lebih sedikit, karena semuanya di anggap sama.
Malam Nominasi |
Ini piala yang didapatkan Kenn dan Peter.. :) |
Aku bersyukur dengan pelajaran yang menurutku ini anugerah. Kerja
keras kita pun tak sia-sia, aku pun bangga dengan dua piala yang dibawa oleh
temanku yang menjadi cast dengan memenangkan nominasi. Ya, semua pekerjaan yang
kita lakukan dengan sungguh, pengorbanan, caci maki, dan ditutup dengan lipatan
tangan, aku yakin tak sia-sia dan semuanya indah. Di tambah pimpinan Angel
sebagai production manager dan Marsha sebagai director, yang kami pilih dan
kami percayai bisa memimpin theatre ini menjadi berhasil, semua yang mereka
lakukan telah selesai dan berbuah begitu manis sekarang.
Tak lupa kami mengucapkan berjuta bahkan bermilliar rasa terimakasih
dosen dan assistant dosen kami. Ya, miss Vicky dan juga miss Karin. Kami
bersyukur memilki dosen yang sangat begitu indahnya bagi kami. Tanpa mereka “always..?”
kami tak ada apa-apanya. Hanya butiran yang mungkin di anggap tak penting. Kami
bersyukur atas kata-kata indah yang dihaturkan sebelum pertunjukkan dimulai. Mungkin
bagi kami awalnya terdengar sangat keras, cucuran air mata keluar saat itu,
muka takut dicampur geram yang tertampil, tapi itulah yang menguatkan mental
kami. Kami percaya pisau yang di asa dengan kesakitan akan tajam. Semoga semua
ini bisa menjadi awal kami untuk berjalan kedepannya. Tak perduli, nantinya kami
akan masuk ke dalam dunia theatre atau tidak. Namun, project ini mengajarkan
kami berbagai hal yang akan kami hadapi dalam dunia kerja dan dunia kehidupan
sesungguhnya.
Semoga segala apa yang kami doakan, kami jalani dan kami
napaskan, tak akan terbuangkan seperti kulit kacang.
Namun, biarkan itu terbang
seperti oksigen yang ada di udara, yang selalu ada dan akan terus ada sampai
akhirnya semua itu tak kembali bernapas lagi.
Done!! Thank GOD.. :) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar