Jumat, 13 Maret 2015

Choose Your Attitude




Perasaan kacau menyayat hatiku saat ini. Perasaan kecewa, sedih, kesal dan marah mengerubuti di setiap derap langkah aku berlaju. Sudah dua minggu ini aku merasa gagal menjadi seorang pemimpin. Merasa sakit hati dan merasa hilang harapan juga sedih yang tak terkira. Ya, mungkin dia yang berbuat tak merasa apapun. Pastinya ia akan berlalu seperti angin topan yang berjalan, seperti tak ada kesalahan. Hanya melaju tanpa alasan, bahkan ucapan maaf saja di anggap tak sempat.

Disini pun aku merasakan suatu kata mutiara itu benar-benar terjadi dan akupun merasakannya terhadap hatiku sendiri. Memang seorang yang pintar, jika perilakunya nol besar, untuk apa? Rasanya sakit, seperti tak di hargai. Mungkin memang disini aku tak menganggap satu orang pun seperti atasan dan bawahan. Tapi bagiku, kesopanan merupakan ciri khas bangsa ini yang harus dilakukan oleh semua orang. Tak hanya untuk orang yang di atas kita, walaupun ia sederajat bahkan di bawah kita sekalipun sopan adalah hal yang harus dilakukan.

Sebuah ilustrasi yang mungkin cukup menggambarkan. Anggaplah kalian seorang staff di sebuah perusahaan. Ingin rasanya kalian meminta tolong dibuatkan kopi oleh seorang OB. Bagaimana kah cara kalian memintanya? Seperti ini?
 “Maaf pak, bolehkan saya minta tolong buatkan kopi?”
ATAU..
“Buatin gua kopi dong!!”

Mungkin tak semua orang memilih cara yang pertama. Tahukah kalian rasanya seorang bapak OB ketika di lanturkan perintah yang tidak sopan itu? Pastinya sangat kecewa karena ia di pandang rendah dan tak dihargai. Mungkin akan setengah hati ia membuat kopi tersebut.

Tapi beranikah kalian menerapka cara kedua kepada seseorang yang lebih tinggi dari pada anda, contohnya bapak direktur jika anda ingin meminta tolong sesuatu? Pastinya dalam benak kalian semua itu mustahil, tak mungkin, bahkan tak akan ada yang berani melakukan.

Sudahlah, aku pun tak tahu lagi ingin berkata apa. Aku seperti diinjak olehnya. Ya benar, ternyata masih ada orang yang seperti itu. Mungkin umur memang sama, mungkin aku tak menganggap seseorang itu bawahan, bahkan sedikitpun aku tak menganggap aku pun atasan. Aku ingin semua bekerja sama demi mencapai hasil yang terbaik. Namun, bagaimana caranya kita mendapat hasil yang terbaik jika teguran saja tidak di dengar.

Mungkin hal ini adalah hal yang terlihat sangat sepele. Namun, biarlah waktu yang menjawab segala kesepelean itu. Segala rasa emosi pun sudah ku keluarkan. Aku tak tahu lagi apa yang harus kukeluarkan. Sampai sampah pun telah habis. Ya kini hatilah yang menjawab. Perlu ku ingatkan lagi, dunia kerja tidak mudah sayang. Kamu harus menerima teguran. Kamu juga harus menjaga segala sikap dan perilaku. Tak cukup hanya pintar belaka. Ingatlah pula, bangsa ini terkenal dengan sopan santunnya. Kalau dari hal yang sempit ini saja rasa itu tak ada, bagaimana kamu mau jadi orang besar nanti. Aku tahu mungkin otakmu hampir sama seperti albert einstein. Tapi dunia tak hanya membutuhkan kepintaran belaka, persaingan tak lah sesempit itu. Hati dan perbuatan juga di utamakan.

Tak apa hatiku dibuat seperti itu olehnya. Aku mengerti ada masanya dimana kita menanam dan pastinya ladang kita menguning. Aku yakin nantinya, ketika apa yang kita kubur akan dipanen. Tak mungkinkan ketika menanam jagung, lalu memanen padi. Pesanku, belajarlah dengan segenap hatimu tentang apa yang namanya perbuatan. Benar sungguh, sikap kita tak ternilai. Dari sikap kita, akan terceminlah apa yang ada dalam diri. Biarlah perbuatan kamu, tak tercemin manis di luar tapi busuk di dalam. Dengan royal aku berbagi pengalaman dan segala pembelajaran ini. Itu semua tergantung sang penerima. Maaf mungkin teguran adalah hal yang salah untuk anda. Tapi bagi orang yang menganggap pembelajaran adalah suatu hal yang penting, teguran merupakan berlian mulia yang berkilau. Dan mereka sadar bahwa setiap teguran menandakan mereka di perhatikan dan disayangi.

3 komentar: