Sabtu, 29 Agustus 2015

Sebuah Puisi dalam Kerinduan


Lama sudah jari-jemari tak berlarian di atas huruf-huruf yang terdiam. Bukan tak punya sebuah cerita. Hanya saja ingin sekali aku bungkam dengan segala yang ada. Mungkin waktu pun turut menjadi alasan mengapa blog ini terasa sepi dan mengalami keheningan. Namun, hari ini aku kembali menyapa kalian para pembaca yang sangat sedikit jumlahnya.. Atau mungkin tak ada. Aku memang bukan orang yang terkenal, bukan artis, bukan manusia yang memiliki para penggemar. Tujuan ku menulis ini hanya ingin melatih instingku dan juga mengeluarkan segala penat dalam dada.



Kali ini aku ingin sekali menuliskan rasa rinduku kepada masa yang dahulu. Ya, tak terasa sudah satu tahun kita beranjak ke masa yang berbeda. Masa yang lebih dewasa dari sebelumnya. Aku merindukan masa SMA ku yang sangat ku cintai. Disitu pertama kalinya aku mempelajari berbagai macam hal menuju kedewasaan. Pertama kali pula aku berusaha menghindari sifat egois. Disini pula aku mempelajari masa yang penting dalam hidup, yaitu mencintai dengan sebuah ketulusan. Bukan sekedar cinta monyet. Aku juga belajar kalau dalam cinta pasti ada rasanya sakit hati, ada rasa benci dan bukan sekedar keindahan belaka. Masa ini mengajarkan aku untuk menyadari hidup yang sesungguhnya. Tidak lagi seperti anak kecil yang mengukur kebahagian hanya sebatas permen coklat.

Begitu indahnya masa itu. Semakin dewasanya aku bukan berarti tak aku alami lagi hal itu. Bahkan mungkin sekarang tingkatannya lebih rumit. Namun, masa SMA melatihku untuk menghadapi kenyataan hidup yang sekarang dengan kedewasaan.

Ternyata benar sejarah memang tak boleh dilupakan. Mungkin ada pepatah mengatakan bahwa hidup harus maju ke depan (life must go on). Namun, biarkan sesekali kita menoleh ke belakang, hanya sekedar melepas rindu dan mempelajari pelajaran yang ada. Sungguh aku menyesal jika dahulu aku sangat membenci pelajaran sejarah dan sering mengejeknya. Sekarang aku tahu bahwa tak boleh sama sekali sejarah itu dilupakan. Karena setiap moment dalam hidup ini begitu indah dan biarkan terukir dalam lembaran-lembaran yang sederhana sehingga semua orang mengingatnya.

Sebagai ukiran rasa rinduku. Izinkan aku menuliskannya sebuah puisi berjudul “Dear SMA”. Sebuah puisi yang tak sengaja ku buat dari sebuah pertanyaan di ask fm (http://ask.fm/novitaelkana)


DEAR SMA
Dear SMA
Terimakasih sudah mengajarkan aku bagaimana rasanya masuk ke lingkungan baru.

Dear SMA
Terimakasih sudah mengajarkan aku menghindari ke egoisan.

Dear SMA
Terimakasih sudah mengajarkan aku memaknai rasa.

Dear SMA
Terimakasih karna melalui kamu aku sadar bukan hanya aku yang bisa.

Dear SMA
Terimakasih sudah mengajarkan aku untuk sabar.

Dear SMA
Terimakasih karna mu aku bisa rendah hati.

Dear SMA
Terimakasih telah memberikan aku sahabat yang indah.

Dear SMA
Terimakasih telah mengajarkan aku rasa mencintai seutuhnya

Dear SMA
Terimakasih telah menyadarkan aku, bahwa tak selamanya cinta itu menyenangkan.

Dear SMA
Terimakasih kalau aku boleh mengukir cinta di masamu.

Dear SMA
Terimakasih di masamu aku boleh mengenal beragam hati, sikap dan karakter.

Dear SMA
Terimakasih kalau di masamu aku boleh dipertemukan olehnya.

Dear SMA
Terimakasih kalau di masa mu pula aku boleh di tinggalkannya.

Dear SMA
Terimakasih telah mengizinkan aku patah hati.

Dear SMA
Terimakasih kalau boleh ada sebuah hubungan karena kesalahpahaman.

Dear SMA
Terimakasih atas persahabatan dewasa yang begitu menakjubkan.

Dear SMA
Terimakasih jika di masa ini aku boleh dewasa karena aku menyadari tak semua yang aku ingin dapat terwujud.

Dear SMA
Begitu berwarna masa mu itu dan begitu berharganya aku bisa melewati engkau.

Dear SMA
Aku rindu dengan masamu, dimana kita tertawa, menangis, marah, mencintai dan perjuangan melebur jadi satu.

Dear SMA
Sebegitu hangatnya engkau sampaisampai aku tak bisa melupakanmu.

(Nov)
about 15 hours ago in ask.fm (@novitaelkana)

Feel free to ask me in ask fm



‘ My Best Regards'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar