Sabtu, 30 Agustus 2014

Sebuah Tulisan Kehidupan



Detik demi menit bahkan jam telah kulewati dalam suasana sepi yang begitu syahdu. Seakan ku ingin keluar namun begitu nikmat. Tak ada yang dapat kutulis dalam helaian putih dengan kehitaman tinta. Bukan karena tak ada permasalahan, namun aku tak tahu bagaimana cara menuliskannya. Bukan! Bukan karena bodoh. Namun, hati ini tak dapat mengungkapkan kepada perkataan. Selalu.. setiap hari.. tak tertorehkan lagi bagaimana air mata ini bercucuran pada bantal ketika raga bertelungkup. Mungkin bukan dalam bentuk air. Namun hati yang bergejolak begitu parah. Aku bingung, bahkan aku tak bisa menceritakan kepada siapapun. Termasuk dalam lembaran kertas yang sangat putih bersih. Yang aku yakini ia adalah tempat tak berdosa untuk mencoretkan segala masalah yang aku alami. Namun, tak tahu mengapa.. tidak untuk saat ini.
Mungkin Tuhan memberiku insting untuk menulis setiap kata demi kata. Namun, kini beda. Aura yang berbeda. Gairah yang dulu telah pupus. Mungkin karena suasana yang lain dari biasanya. Suasana sepi yang membuat aku harus membiasakan diri dari awal. Suasana yang sedang tak sesibuk dahulu lagi. Mungkin banyak juga intimidasi dari dunia luar yang terus memaksaku memikirkannya. Belum lagi di tambah masalah pekerjaan yang menusuk hati. Celotehan orang dewasa yang membuatku kalah dari pekerjaan dan berusaha memberi lagi sesuatu baru yang terbaik. Ingin aku berbagi pada semua teman-temanku. Namun, terkadang susah. Mereka baru memasuki dunia baru yaitu perkuliahan, semuanya membuat mereka sibuk bahkan lelah dengan tuntutan dunia itu. Aku dapat mengerti semua itu. Karena banyak yang lebih penting daripada mengurusi segala keperluanku.Keperluan yang mungkin terlihat remeh dan sama sekali tak ada gunanya. Sempat aku bertanya kepada diriku sendiri. Mengapa semua ini membuat aku terus terperangkap darlam hati yang kelam. Namun, inilah aku. Diriku sendiri yang apa adanya dan tak sempurna. Aku juga menyadari bahwa sebentar lagi aku juga akan memasuki dunia itu. Dan pasti akan mengalami hal yang sama seperti teman-temanku semua. Aku berharap kesibukan nanti tak membuat kita lupa satu dengan yang lain. Aku juga rindu, jika kelak kami telah selesai beradaptasi dan sembuh dari penyakit kesibukan. Akan banyak cerita haru biru dan banyak mulut mengucapkan kebahagiaan di tengah kenikmatan perkumpulan bersama.
Hati dengan kerapuhan dan kesensitivitasan tingkat tinggi yang aku miliki membuat aku belajar berhati-hati dalam setiap apapun yang aku lakukan. Mungkin aku memang sungguh tak sempurna. Tak ada yang dapat kuubah dari semua itu. Kecuali berdoa agar ketidaksempurnaan itu tak melukai orang lain. Sering terlihat kalau hati kecil mereka yang terluka karena sikapku. Memang sudah berlalu. Maaf pun telah terucap. Aku tak dapat mengulang waktu yang sungguh singkat ini. Yang dapat kulakukan adalah belajar agar tidak terulang lagi di lain waktu.
Ya! Benar hidup memang tak terlihat indah seperti di negeri dongeng dan FTV yang sering ku tonton. Namun dari hidup aku belajar sesuatu. Sesuatu yang sangat simple namun sulit dilakukan yaitu bersyukur. Dalam bersyukur, kita belajar setiap masalah adalah pengharapan yang menghasilkan ketekunan. Sama seperti hujan. Mungkin banyak dari kita yang sangat membenci hujan. Tapi dapat kita rasakan juga bahwa hujan itu adalah pengharapan, karena setiap hadirnya mereka selalu akan ada pelangi indah yang berwarna warni. Aku juga belajar bahwa tak perlu kita meratapi dan mengasihani diri kita terhadap sesuatu yang mengecewakan itu. Karena aku yakin banyak masalah yang lebih berat yang dialami orang lain di luar sana. Namun, perbedaannya adalah mereka tak mengeluh. Aku malu ketika menyadari ini. Kiranya setiap satu dari masalah kita dapat membuat kita belajar satu kali bersyukur. Karena satu kali bersyukur dalam kenikmatan pun sulit apalagi dalam masalah.
Aku tahu dalam setiap tulisanku ini memang tak terlihat ada manfaatnya. Namun, biarlah disini tempat aku berbagi segala rasa yang bergejolak dalam diriku. Dan biarlah segala tulisan ini dapat membuat aku belajar bahwa hidup adalah simple. Tak ada yang harus terpikirkan sampai terlihat depresi. Dan belajar bersyukur dengan senyuman untuk permasalahan. Sungguh memang semua perkataan tak semudah perlakuan. Namun, tak ada salahnya kita mencoba dan sama-sama belajar. Dibantu dengan tutupan mata, lipatan tangan, kaki bertelut dan mulut yang tak berhenti berdoa. Dan belajar bahwa hidup itu tidak ribet. Biarkanlah ia mengalir, namun janganlah mengalir seperti air yang dari atas menuju ke bawah. Tapi biarlah berjalan seperti roller coaster. Yang biasanya berjalan selalu ke atas. Mungkin di tengah perjalanan terkadang ada banyak rintangan, jalanan menurun, jalanan memutar, meliuk dan lain-lain. Tapi kita tetap menikmati sensasi dalam menaikinnya dan terus berjalan sampai ke tempat tujuan tanpa berhenti. Setelah sampai ke tempat tujuan, tak ada tangisan namun kebahagiaan. Sama seperti hidup yang kita harus nikmati tanpa berhenti sampai ke tempat tujuan dengan penuh tawa kebahagiaan. Satu lagi pelajaran dari roller coaster. Tak semua berani menaikinya. Sama juga seperti hidup. Tuhan yang menempatkan kita dalam kehidupan bukan karena kebetulan, tapi Tuhan yang memilih karena Ia tahu bahwa kita kuat hidup dalam dunia ini disertai dengan keindahan Tuhan yang begitu menakjubkan. –Novel-

Sabtu, 16 Agustus 2014

Sukacita Dalam Masalah



Semua orang dalam hidupnya pasti mempunyai masalah. Entah itu dalam pelajaran, dalam hati, dalam pekerjaan, keluarga, hubungan dengan Tuhan, pelayanan dalam rumah ibadah dan banyak hal tentang semuanya. Aku pun juga begitu. Dan aku yakin begitu pun dengan kalian. Di dunia ini kita sebagai manusia tak dapat luput atau dapat pergi dari masalah. Semua masalah itu harus di hadapi dengan lapang dada.
Suatu hari, ketika itu hari minggu. Seperti luar biasanya aku pergi ke rumah ibadah. Suasana hatiku saat itu sedang amburadur. Mungkin dalam raut wajah semua baik dan tak terlihat wajah yang begitu semrawut seperti suasana hati. Yah biasalah memang raga yang kuat namun jiwa tidak. Masalah yang tak dapat ku ceritakan semuanya, memang salah satunya dari cerita yang pernah ku ceritakan. Memang suatu perjuangan yang sulit adalah melupakan segala cerita itu. Walaupun sekarang semua sudah berangsur sembuh. Memang, terkadang ceritaku terdengar terlalu berlebihan. Seperti rasanya sakit sekali padahal menurut orang lain biasa saja. Memang sensitifitas hati orang sangat berbeda. Aku adalah tipe orang perasa keras yang begitu lembut dan rapuh hatinya. Saya hanya ingin minta maaf saja jika rasa itu berlebihan. Karena inilah yang aku rasakan. Merasakannya seorang diri bersama perkataan-perkataan halus dalam sebuah tulisan. Dan aku merasa tak membuat orang lain rugi. Jadi sekali lagi, bukannya tak mau menaggapi. Hanya saja aku tak ingin mengurusi orang karena sedang sibuk ngurusin badan. Hahaha.
Pada hari itu dalam rumah ibadah. Aku mendengar sebuah cerita. Cerita itu membuat aku belajar sebuah hal. Yaitu sukacita dalam sebuah masalah. Disini aku sadar bahwa sebuah masalah tidak harus perhimpunan dalam mengasihani diri. Semuannya dirancangan dengan sedemikian rupa yang aku yakin hasilnya memiliki harum yang indah. Yang perlu kita lakukan adalah REJOICE!! Bangkit dalam segala keterpurukan. Bangkit dari segala omong kosong. Ya! “FORGET SHIT AND MOVE ON.” Saatnya aku menikmati masalah itu agar hati ini semakin kuat lagi dan semakin kuat lagi. Aku juga mendapat ilustrasi dalam cerita hari itu. Masalah itu seperti main game. Pertama kali main dalam level 1 pasti sangat susah dalam permainan itu. Namun setelah kita berhasil melewatinya sampai level 10. Coba kamu ulang lagi bermain dari level 1. Pasti terasa begitu mudah tak seperti pertama kali bermain. Begitu juga dalam hidup sama seperti permainan game walaupun tak seremeh itu, aku yakin ketika aku melewati level level itu dan tidak mengasihani diri semua bisa terlewati dengan sempurna. Dalam sukacita semua juga menimbulkan pertahanan dan ketekunan.
Dari situlah aku belajar bahwa tak perlu berlebihan dari semua masalah cukup di bawa santai dan menikmatinya. Walaupun aku tahu semuanya sangat sulit di jalani dan dirasakan. Tapi biarlah aku berusaha bangkit dari segala keterpurukan. Mungkin masalahku ini terdengar begitu remeh untuk orang yang sudah di level atas. Mungkin itu alasan mereka yang menyebut aku berlebihan. Sekarang aku berdoa untuk meminta kekuatan agar semua sukacita itu tercipta di sebuah masalah. Dan akan mempelajari sukacita dalam permasalahan.   –Novel-

Jumat, 08 Agustus 2014

Indah yang Tak Pernah Habis



                Hari ini aku mau menceritakan kenanganku di SMA bersama semua sahabat setia dimana 3 tahun kami bersama. Bosan kan ya membaca semua tulisanku tentang dia lagi dia lagi. Hahaha. Sebelumnya telah tercolek tentang kisah ini. Hari ini aku ingin membahasnya lebih dalam. Selama beberapa tahun aku melalui hidup bersama mereka. Terutama di kelas penjurusan yang telah hampir 2 tahun sama-sama memperjuangan semua yang ingin dicapai. Keringat dan air mata bercucuran secara bersamaan. Tawa bahagia pun telah bersama kami lantunkan sepanjang hari. Di tahun akhir SMA, Senin sampai jumat telah kita habiskan hampir setengah hari bersama. Belum di tambah hari sabtu. Terkadang mami ikut complain gara-gara jarangnya aku hadir di rumah. Hahaha. Maaf masa-masa perjuangan yang memakan begitu banyak waktu. Sangking banyaknya kami terasa begitu dekat.
                Tapi semua itu telah terlewatkan beberapa bulan yang lalu. Masa yang gak akan pernah aku lupakan seumur hidup. Benar kata pepatah bahwa masa SMA adalah masa yang begitu indah. Karena disinilah tempat aku belajar mengenai cinta. Cinta yang bukan sekedar pacaran-pacaran saja. Yang sudah sangat sering dan hampir agak basi kalau dibicarakan. Tetapi disini adalah cinta sejati. Cinta yang datang tetapi tidak pergi. Yaitu cinta dari kalian semua. Cinta yang begitu banyak didambakan oleh orang lain. Cinta sejati dari persahabatan kita. Disini aku tidak bermaksud mengatakan bahwa teman-teman yang lain(bukan di SMA) memiliki cinta berbeda.  Semua sama. Begitu menakjubkan. Begitu indah. Namun, aku belajar ketika aku di SMA. Aku mengerti persahabatan sesungguhnya disini. Dan aku menerapkan kepada semua teman-temanku yang aku punya. Aku sangat bersyukur atas mereka semua. Tiada henti-hentinya bersyukur.
                Memang perjalanan persahabatan kami tidak semulus, semanis dan seindah terlihatnya. Banyak diantara kami yang mengalami sakit hati, kesal, benci, dengki dan perasaan tak enak lainnya. Namun satu yang aku junjung tinggi. Yaitu kebersamaan yang mengalahkan semua perasaan itu. Beberapa bulan intensitas bertemu kita tak sesering dahulu lagi. Sedih memang. Sedih sekali. Tak ada aktivitas bersama seperti dulu. Bahkan terkadang obrolan kita hanya sebatas mengetik tanpa melihat muka satu sama lain.
Kerinduanku memuncak pada mereka semua. Termasuk teman sebelahku. Sudah banyak kejahilan yang kita lakukan bersama. Maklum dia orangnya begitu, begitu jahil. Setiap harinya tiada hari tanpa tawa jika duduk disebelahnya. Lumayan membuat kami yang mendengar awet muda. Dia sangat hobi menyanyi.  Setiap hari terus menerus menyanyi.  Untungnya lantunan suaranya begitu merdu, dan ia adalah sesosok orang yang pandai memilih lagu mengikuti suasana hatiku pada saat itu. Lelaki yang sangat mengerti perempuan dan tak jarang bahkan sering aku mencurahkan perasaanku kepadanya. Dia juga orang yang pertama tahu tentang perasaan ku kepada 3 orang kemarin. Tanpa kukasih tahu sebelumnya. Tak tahu deh dia pakai dukun apa. Hahaha. Sudah cukup untuk memuji dia. Karena kalau dia GR kita semua harus menutup telinga kita masing-masing. Selain itu dia juga kadang suka ngeselin. Maklumlah cowok. Terkadang kepekaannya suka terkikis oleh segala suasana.  Walau begitu dia salah satu teman kesayangan yang sangat kurindukan sosoknya.
                Tak hanya itu, aku juga sangat merindukan semua teman bimbelku. Yang tentunya aku menghabiskan waktu lebih lama kepada mereka daripada yang lainnya. Aku teringat moment-moment pada saat itu contohnya ketika kami semua menjahili salah seorang guru lalu tertawa bersama. Saling mengadu hafalan. Memesan KFC bersama, walaupun yang makan hanya satu karena tak sempat terpesan akibat kehabisan pulsa. Menertawai dan teman yang datang ketika sebentar lagi selesai. Makan JCo bersama. Berusaha menghafal dengan singkatan galau pada saat pelajaran kimia dengan beribu hafalan. Aku merindukan itu dan semua itu dan kukenang manis.
                Indahnya itu tak tersampaikan. Begitu juga rinduku pada mereka semua. Mungkin aku tak dapat kudefinisikan satupersatu keindahan mereka. Karena lembaran blog ini tak akan cukup. Semua menakjubkan. Dan aku merindukan mereka. Jika aku dapat mengulang hidupku lagi, aku akan meletakkan kamera perekam kecil di pundakku yang punya memori tak terbatas. Akan kurekam semua kejadian yang aku lewati bersama mereka semua.
                Sekarang aku sadar. Libur panjang ini bukan libur panjang biasa yang telah kami alami sebelumnya. Ini berbeda. Tak ada lagi tanggalan yang menetapkan kita memakai seragam bersama. Ini libur panjang yang berbeda. Yang penuh dengan kerinduan.
                Dari persahabatan ini, seperti yang sebelumnya telah aku sebutkan, aku belajar cinta. Cinta yang penuh kedewasaan. Tak ada kata iri, tak ada kata bersalah, dan tak permusuhan seperti kita SD dahulu. Cinta disini adalah keterbukaan dan penerimaan satu dengan yang lain. Cinta yang begitu hangat jika dirasakan. Yang tak perlu memaksa kita berpikir karena membenci. Tapi persahabatan disini mengajarkan kita kenikmatan dalam mengasihi. I really miss you guys. –Novel-

Senin, 04 Agustus 2014

Bukan Karena Benci



                Kemarin aku pernah bercerita bahwa aku sedang menjalani suatu hubungan tanpa status dengan Edward. Ya memang cinta lama yang kembali. Sudah sempat pergi namun ia kembali. Dalam cerita kemarin pula aku bertanya pada diriku sendiri. Apa iya ini jalan yang benar untuk kembali kepadanya? Setelah kejadian tak terduga hari itu, kami menjalani hubungan tanpa status. Hubungan yang memiliki banyak pertanyaan. Betul! Status saja tak jelas tapi aku sayang. Sesaat setelah hari itu kami melanjukan kedekatan kami dengan chat. Chat kami hari ini tentu saja berbeda dengan dahulu. Mengapa? Kata-kata indah itu mulai terbaca darinya. Tak seperti dahulu, hanya kata-kata kaku yang terbaca. Membuat hati yang lembut ini menjadi beku dan tak dapat berbuat apapun. Aku ikut tersenyum mendapat perhatian darinya. Yang sedari dulu aku mengimpikannya namun tak sampai. Ia begitu menakjubkan. Dan kami menjalani hari kami dengan indah namun semu. Ya! Dia hanya indah dalam sebuah ketikan. Tak ada kata darinya yang terucap langsung. Melihat mukanya pun aku tak dapat. Sudah 3 bulan sejak perpisahan sekolah kami tak bertemu. Hati ini memang rindu. Namun, hanya bisa terdiam, dia tak menerima ajakan untuk bertemu. Tapi pada saat itu hatiku tetap menyayanginya tanpa alasan. Aku tak tahu sebenarnya. Perhatiannya itu semu atau real. Karena feeling ku sebagai seorang perempuan adalah kuat. Aku merasa sayang itu tak kembali. Semua terasa semu, terasa bohong dan terasa di sengaja.
                Sampai ketika. Ya tepat seperti waktu itu. Pada suatu malam. Obrolan kita berubah. Waktu itu cuaca sedang dingin sama seperti ketikannya di satu hari sebelumnya yaitu dingin. Walau ia mengaku sewaktu itu badannya sedang tidak sehat. Dalam hatiku ikut berpikir seperti itu. Malam itu. Dia memulai dengan perkataan “Nov gua mau ngomong sesuatu sama lu tentang gue.” Membacanya membuat ku merinding. Semua dugaan keluar. Termasuk dugaan yang berpikir bahwa dia akan nembak gue saat itu. Tapi ketika aku berpikir realistis, suasana hari itu tak memungkinkan. Malam yang dingin badan yang masuk angin karena habis melintasi hujan pun menjadi hiasan tak mendukungnya suasana hari itu. Edward terus berkata-kata dalam sebuah ketikan. Dari lantunan berbelit-belitnya omongan dia. Aku tahu sebenarnya maksud dia. Memang semuanya tak dapat diuraikan disini karena begitu panjangnya. Dari sini aku mengambil sesuatu yang bermakna. Sedari dahulu ia tak suka menyakiti hati perempuan. Dengan semua mantannya ia buat mereka sakit hati. Dia mengaku bahwa benar adanya dia adalah sosok yang dingin. Yang tak mencintai siapapun kecuali keluarganya. Ku baca dari akuannya bahwa, tak tahu sampai kapan ia tak dapat mencintai orang lain termasuk semua wanita kecuali keluarganya. Mungkin sampai ia mati. Aku pun mengembalikan pertanyaan terhadap dia. Apakah sampai mati nanti lu akan jadi perjaka tua. Dia pun menjawab dengan lembut “Istri gue nanti mungkin hanya status dan gue gak akan bisa mencintainya. Kita ga bisa pacaran nov. Gua tahu ini membuat hati lu sakit. Tapi, gue ga mau buat lu lebih sakit untuk kedepannya. Gua gak bakal mau orang yang sudah deket sama gua ini sakit dan sedih.” Well, perkataan barusan membuat aku berkata kepadanya arti cinta sesungguhnya. Aku yakin persepsi ia tentang cinta adalah salah berdasarkan pengalaman mantannya terdahulu. Cinta bukan sekedar ciuman, berpegang tangan, dan berpelukan bahkan melakukan hubungan yang akan kita lakukan setelah pernikahan nanti. Justru itulah batasanku dalam berpacaran. Aku mencoba menjelaskan bahwa sayang itu ga sesempit yang dalam pikirannya. Dengan dia yang ga mau melihat aku tersakiti itulah sayang. Sayang itu adalah perhatian, perlindungan, pengertian, pembelaan dan keindahan. Itu adalah sayang. Namun ia tetap kekeuh dengan segala perkataannya. Dan intinya kita gak bisa membangun suatu hubungan. Namun, ia mengaku bahwa dia akan menjadi sesosok teman dengan memberikan sikap dari arti sayang yang barusan ku sebutkan. Ya dia akan menjadi orang yang melindungi, membela, mengerti dan lain-lainnya. tak tahu bagaimana kebenarannya. Oke, disini aku menerima dengan segenap hati. Walau sakit hati itu pasti. Perempuan dengan raga yang kuat namun jiwa yang rapuh seperti aku pasti sedih. Perasaan kehilangan dia pun aku ulangi lagi seperti waktu itu. Merasa kesepian karena sudah tak ada lagi tempat untuk berbicara setiap harinya. Kesedihanku hanya ku tunjukkan ke beberapa orang saja. Dan sisanya aku terlihat kuat. Namun rapuh. Memulai lagi bangkit dari awal seperti waktu itu. Memang kisah ini terlalu terlihat sangat berlebihan. Ya kata satu orang temanku yang menganggap bahwa hal ini hal biasa. Mungkin bagi ini meremehkan dan aku yang terlalu berlebihan.Tak bermaksud seperti itu. Dan inilah aku yang begini adanya. Mungkin banyak judge dari orang lain tentang kisah ku yang menurutku sedih. Pesan untuknya supaya menasehati dengan sebuah perasaan akan membuat orang bangkit dari kesedihannya. Bukan malah menjatuhkan yang akan membuat orang tambah sedih dan terpuruk. Ya! Masalah per orang di dunia sangat berbeda. Mungkin menurutku ini sedih dan menurut orang lain tidak. Atau sebaliknya.
Hatiku memang ringan seperti kapas yang mungkin terlihat dilindungi oleh lapisan baja yang kuat. Mungkin dulu tak ada kata menyerah dariku. Lantunan lagu I won’t give up pun setiap harinya terdengar sampai-sampai semua orang sekekelilingku mau muntah mendengar itu. Tapi dalam dunia ini ada saatnya orang yang sudah berjuang sekuat hati mengganti semua itu dengan kata “ya sudahlah”. Aku sadar sekarang Edward bukan untukku. Saat ini benar. Aku harus berpindah. Sekali lagi! Bukan karena benci! Melainkan kehidupan harus terus berkembang.
                Dari pengalaman ku bersamanya. Kali ini benar adanya bahwa tak ada rasa lagi untuknya. Dia yang dulu pergi, lalu kembali dan sekarang pergi lagi, mungkin selamanya tak akan kembali. Tuhan memang indah. Ia menunjukkan bahwa aku bukan untuknya sekaligus menghapus rasa yang dulu pernah ada. Kisah ini dapat diibaratkan dengna sebuah piring. Piring yang tak terlalu cantik namun kita menyayanginya. Kemudian ia jatuh dan pecah. Namun aku yang menyayanginya, berusaha untuk merekatkannya kembali sampai ia sempurna. Setelah kesempurnaan itu membuatku kembali tersenyum sumringah. Ternyata ia jatuh lagi sampai pecah. Kini sudah tak dapat diperbaiki lagi dan aku harus  mengganti kesayanganku itu. Memang begitu rumit dan sakit. Tapi aku yakin di setiap kisah ini aku dapat belajar sesuatu. Bahwa cinta tak harus memiliki. Cinta adalah tulus. Dan cinta tidak dipaksakan. Aku yakin suatu hari nanti aku akan mendapatkan 1 sosok yang indah yang menerima aku dengan segala keadaan dan segenap hatinya. Dan akan mencintaiku seumur hidupnya sampai kita berdua kembali ke tanah. –Novel-