Senin, 04 Agustus 2014

Bukan Karena Benci



                Kemarin aku pernah bercerita bahwa aku sedang menjalani suatu hubungan tanpa status dengan Edward. Ya memang cinta lama yang kembali. Sudah sempat pergi namun ia kembali. Dalam cerita kemarin pula aku bertanya pada diriku sendiri. Apa iya ini jalan yang benar untuk kembali kepadanya? Setelah kejadian tak terduga hari itu, kami menjalani hubungan tanpa status. Hubungan yang memiliki banyak pertanyaan. Betul! Status saja tak jelas tapi aku sayang. Sesaat setelah hari itu kami melanjukan kedekatan kami dengan chat. Chat kami hari ini tentu saja berbeda dengan dahulu. Mengapa? Kata-kata indah itu mulai terbaca darinya. Tak seperti dahulu, hanya kata-kata kaku yang terbaca. Membuat hati yang lembut ini menjadi beku dan tak dapat berbuat apapun. Aku ikut tersenyum mendapat perhatian darinya. Yang sedari dulu aku mengimpikannya namun tak sampai. Ia begitu menakjubkan. Dan kami menjalani hari kami dengan indah namun semu. Ya! Dia hanya indah dalam sebuah ketikan. Tak ada kata darinya yang terucap langsung. Melihat mukanya pun aku tak dapat. Sudah 3 bulan sejak perpisahan sekolah kami tak bertemu. Hati ini memang rindu. Namun, hanya bisa terdiam, dia tak menerima ajakan untuk bertemu. Tapi pada saat itu hatiku tetap menyayanginya tanpa alasan. Aku tak tahu sebenarnya. Perhatiannya itu semu atau real. Karena feeling ku sebagai seorang perempuan adalah kuat. Aku merasa sayang itu tak kembali. Semua terasa semu, terasa bohong dan terasa di sengaja.
                Sampai ketika. Ya tepat seperti waktu itu. Pada suatu malam. Obrolan kita berubah. Waktu itu cuaca sedang dingin sama seperti ketikannya di satu hari sebelumnya yaitu dingin. Walau ia mengaku sewaktu itu badannya sedang tidak sehat. Dalam hatiku ikut berpikir seperti itu. Malam itu. Dia memulai dengan perkataan “Nov gua mau ngomong sesuatu sama lu tentang gue.” Membacanya membuat ku merinding. Semua dugaan keluar. Termasuk dugaan yang berpikir bahwa dia akan nembak gue saat itu. Tapi ketika aku berpikir realistis, suasana hari itu tak memungkinkan. Malam yang dingin badan yang masuk angin karena habis melintasi hujan pun menjadi hiasan tak mendukungnya suasana hari itu. Edward terus berkata-kata dalam sebuah ketikan. Dari lantunan berbelit-belitnya omongan dia. Aku tahu sebenarnya maksud dia. Memang semuanya tak dapat diuraikan disini karena begitu panjangnya. Dari sini aku mengambil sesuatu yang bermakna. Sedari dahulu ia tak suka menyakiti hati perempuan. Dengan semua mantannya ia buat mereka sakit hati. Dia mengaku bahwa benar adanya dia adalah sosok yang dingin. Yang tak mencintai siapapun kecuali keluarganya. Ku baca dari akuannya bahwa, tak tahu sampai kapan ia tak dapat mencintai orang lain termasuk semua wanita kecuali keluarganya. Mungkin sampai ia mati. Aku pun mengembalikan pertanyaan terhadap dia. Apakah sampai mati nanti lu akan jadi perjaka tua. Dia pun menjawab dengan lembut “Istri gue nanti mungkin hanya status dan gue gak akan bisa mencintainya. Kita ga bisa pacaran nov. Gua tahu ini membuat hati lu sakit. Tapi, gue ga mau buat lu lebih sakit untuk kedepannya. Gua gak bakal mau orang yang sudah deket sama gua ini sakit dan sedih.” Well, perkataan barusan membuat aku berkata kepadanya arti cinta sesungguhnya. Aku yakin persepsi ia tentang cinta adalah salah berdasarkan pengalaman mantannya terdahulu. Cinta bukan sekedar ciuman, berpegang tangan, dan berpelukan bahkan melakukan hubungan yang akan kita lakukan setelah pernikahan nanti. Justru itulah batasanku dalam berpacaran. Aku mencoba menjelaskan bahwa sayang itu ga sesempit yang dalam pikirannya. Dengan dia yang ga mau melihat aku tersakiti itulah sayang. Sayang itu adalah perhatian, perlindungan, pengertian, pembelaan dan keindahan. Itu adalah sayang. Namun ia tetap kekeuh dengan segala perkataannya. Dan intinya kita gak bisa membangun suatu hubungan. Namun, ia mengaku bahwa dia akan menjadi sesosok teman dengan memberikan sikap dari arti sayang yang barusan ku sebutkan. Ya dia akan menjadi orang yang melindungi, membela, mengerti dan lain-lainnya. tak tahu bagaimana kebenarannya. Oke, disini aku menerima dengan segenap hati. Walau sakit hati itu pasti. Perempuan dengan raga yang kuat namun jiwa yang rapuh seperti aku pasti sedih. Perasaan kehilangan dia pun aku ulangi lagi seperti waktu itu. Merasa kesepian karena sudah tak ada lagi tempat untuk berbicara setiap harinya. Kesedihanku hanya ku tunjukkan ke beberapa orang saja. Dan sisanya aku terlihat kuat. Namun rapuh. Memulai lagi bangkit dari awal seperti waktu itu. Memang kisah ini terlalu terlihat sangat berlebihan. Ya kata satu orang temanku yang menganggap bahwa hal ini hal biasa. Mungkin bagi ini meremehkan dan aku yang terlalu berlebihan.Tak bermaksud seperti itu. Dan inilah aku yang begini adanya. Mungkin banyak judge dari orang lain tentang kisah ku yang menurutku sedih. Pesan untuknya supaya menasehati dengan sebuah perasaan akan membuat orang bangkit dari kesedihannya. Bukan malah menjatuhkan yang akan membuat orang tambah sedih dan terpuruk. Ya! Masalah per orang di dunia sangat berbeda. Mungkin menurutku ini sedih dan menurut orang lain tidak. Atau sebaliknya.
Hatiku memang ringan seperti kapas yang mungkin terlihat dilindungi oleh lapisan baja yang kuat. Mungkin dulu tak ada kata menyerah dariku. Lantunan lagu I won’t give up pun setiap harinya terdengar sampai-sampai semua orang sekekelilingku mau muntah mendengar itu. Tapi dalam dunia ini ada saatnya orang yang sudah berjuang sekuat hati mengganti semua itu dengan kata “ya sudahlah”. Aku sadar sekarang Edward bukan untukku. Saat ini benar. Aku harus berpindah. Sekali lagi! Bukan karena benci! Melainkan kehidupan harus terus berkembang.
                Dari pengalaman ku bersamanya. Kali ini benar adanya bahwa tak ada rasa lagi untuknya. Dia yang dulu pergi, lalu kembali dan sekarang pergi lagi, mungkin selamanya tak akan kembali. Tuhan memang indah. Ia menunjukkan bahwa aku bukan untuknya sekaligus menghapus rasa yang dulu pernah ada. Kisah ini dapat diibaratkan dengna sebuah piring. Piring yang tak terlalu cantik namun kita menyayanginya. Kemudian ia jatuh dan pecah. Namun aku yang menyayanginya, berusaha untuk merekatkannya kembali sampai ia sempurna. Setelah kesempurnaan itu membuatku kembali tersenyum sumringah. Ternyata ia jatuh lagi sampai pecah. Kini sudah tak dapat diperbaiki lagi dan aku harus  mengganti kesayanganku itu. Memang begitu rumit dan sakit. Tapi aku yakin di setiap kisah ini aku dapat belajar sesuatu. Bahwa cinta tak harus memiliki. Cinta adalah tulus. Dan cinta tidak dipaksakan. Aku yakin suatu hari nanti aku akan mendapatkan 1 sosok yang indah yang menerima aku dengan segala keadaan dan segenap hatinya. Dan akan mencintaiku seumur hidupnya sampai kita berdua kembali ke tanah. –Novel-

2 komentar: