Detik demi menit bahkan jam telah
kulewati dalam suasana sepi yang begitu syahdu. Seakan ku ingin keluar namun
begitu nikmat. Tak ada yang dapat kutulis dalam helaian putih dengan kehitaman
tinta. Bukan karena tak ada permasalahan, namun aku tak tahu bagaimana cara
menuliskannya. Bukan! Bukan karena bodoh. Namun, hati ini tak dapat
mengungkapkan kepada perkataan. Selalu.. setiap hari.. tak tertorehkan lagi
bagaimana air mata ini bercucuran pada bantal ketika raga bertelungkup. Mungkin
bukan dalam bentuk air. Namun hati yang bergejolak begitu parah. Aku bingung, bahkan
aku tak bisa menceritakan kepada siapapun. Termasuk dalam lembaran kertas yang
sangat putih bersih. Yang aku yakini ia adalah tempat tak berdosa untuk
mencoretkan segala masalah yang aku alami. Namun, tak tahu mengapa.. tidak
untuk saat ini.
Mungkin Tuhan memberiku insting
untuk menulis setiap kata demi kata. Namun, kini beda. Aura yang berbeda.
Gairah yang dulu telah pupus. Mungkin karena suasana yang lain dari biasanya.
Suasana sepi yang membuat aku harus membiasakan diri dari awal. Suasana yang
sedang tak sesibuk dahulu lagi. Mungkin banyak juga intimidasi dari dunia luar
yang terus memaksaku memikirkannya. Belum lagi di tambah masalah pekerjaan yang
menusuk hati. Celotehan orang dewasa yang membuatku kalah dari pekerjaan dan
berusaha memberi lagi sesuatu baru yang terbaik. Ingin aku berbagi pada semua
teman-temanku. Namun, terkadang susah. Mereka baru memasuki dunia baru yaitu
perkuliahan, semuanya membuat mereka sibuk bahkan lelah dengan tuntutan dunia
itu. Aku dapat mengerti semua itu. Karena banyak yang lebih penting daripada
mengurusi segala keperluanku.Keperluan yang mungkin terlihat remeh dan sama
sekali tak ada gunanya. Sempat aku bertanya kepada diriku sendiri. Mengapa
semua ini membuat aku terus terperangkap darlam hati yang kelam. Namun, inilah
aku. Diriku sendiri yang apa adanya dan tak sempurna. Aku juga menyadari bahwa
sebentar lagi aku juga akan memasuki dunia itu. Dan pasti akan mengalami hal
yang sama seperti teman-temanku semua. Aku berharap kesibukan nanti tak membuat
kita lupa satu dengan yang lain. Aku juga rindu, jika kelak kami telah selesai
beradaptasi dan sembuh dari penyakit kesibukan. Akan banyak cerita haru biru
dan banyak mulut mengucapkan kebahagiaan di tengah kenikmatan perkumpulan
bersama.
Hati dengan kerapuhan dan
kesensitivitasan tingkat tinggi yang aku miliki membuat aku belajar
berhati-hati dalam setiap apapun yang aku lakukan. Mungkin aku memang sungguh
tak sempurna. Tak ada yang dapat kuubah dari semua itu. Kecuali berdoa agar
ketidaksempurnaan itu tak melukai orang lain. Sering terlihat kalau hati kecil
mereka yang terluka karena sikapku. Memang sudah berlalu. Maaf pun telah
terucap. Aku tak dapat mengulang waktu yang sungguh singkat ini. Yang dapat
kulakukan adalah belajar agar tidak terulang lagi di lain waktu.
Ya! Benar hidup memang tak terlihat
indah seperti di negeri dongeng dan FTV yang sering ku tonton. Namun dari hidup
aku belajar sesuatu. Sesuatu yang sangat simple namun sulit dilakukan yaitu
bersyukur. Dalam bersyukur, kita belajar setiap masalah adalah pengharapan yang
menghasilkan ketekunan. Sama seperti hujan. Mungkin banyak dari kita yang
sangat membenci hujan. Tapi dapat kita rasakan juga bahwa hujan itu adalah
pengharapan, karena setiap hadirnya mereka selalu akan ada pelangi indah yang
berwarna warni. Aku juga belajar bahwa tak perlu kita meratapi dan mengasihani
diri kita terhadap sesuatu yang mengecewakan itu. Karena aku yakin banyak
masalah yang lebih berat yang dialami orang lain di luar sana. Namun,
perbedaannya adalah mereka tak mengeluh. Aku malu ketika menyadari ini. Kiranya
setiap satu dari masalah kita dapat membuat kita belajar satu kali bersyukur.
Karena satu kali bersyukur dalam kenikmatan pun sulit apalagi dalam masalah.
Aku tahu dalam setiap tulisanku ini
memang tak terlihat ada manfaatnya. Namun, biarlah disini tempat aku berbagi
segala rasa yang bergejolak dalam diriku. Dan biarlah segala tulisan ini dapat
membuat aku belajar bahwa hidup adalah simple. Tak ada yang harus terpikirkan
sampai terlihat depresi. Dan belajar bersyukur dengan senyuman untuk
permasalahan. Sungguh memang semua perkataan tak semudah perlakuan. Namun, tak
ada salahnya kita mencoba dan sama-sama belajar. Dibantu dengan tutupan mata,
lipatan tangan, kaki bertelut dan mulut yang tak berhenti berdoa. Dan belajar
bahwa hidup itu tidak ribet. Biarkanlah ia mengalir, namun janganlah mengalir
seperti air yang dari atas menuju ke bawah. Tapi biarlah berjalan seperti
roller coaster. Yang biasanya berjalan selalu ke atas. Mungkin di tengah
perjalanan terkadang ada banyak rintangan, jalanan menurun, jalanan memutar,
meliuk dan lain-lain. Tapi kita tetap menikmati sensasi dalam menaikinnya dan
terus berjalan sampai ke tempat tujuan tanpa berhenti. Setelah sampai ke tempat
tujuan, tak ada tangisan namun kebahagiaan. Sama seperti hidup yang kita harus
nikmati tanpa berhenti sampai ke tempat tujuan dengan penuh tawa kebahagiaan.
Satu lagi pelajaran dari roller coaster. Tak semua berani menaikinya. Sama juga
seperti hidup. Tuhan yang menempatkan kita dalam kehidupan bukan karena
kebetulan, tapi Tuhan yang memilih karena Ia tahu bahwa kita kuat hidup dalam
dunia ini disertai dengan keindahan Tuhan yang begitu menakjubkan. –Novel-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar