Kamis, 08 Desember 2016

Keep Our Mouth




Hari ini aku terdiam di tepi aliran air laut yang desirannya terdengar begitu indah dan syahdu. Membuat hati ini kembali merenung. Secara sederhana mengkoreksi segala keganjalan dalam hati. Walau terlihat tak terjadi apa-apa. Tapi, setelah kupikir-pikir lagi. Ada salah satu sikap buruk yang sebenarnya aku sadar bahwa aku melakukannya, namun aku menganggap itu angin lalu belaka.

Ya.. semua itu karena perkataan yang tak berhasil ku jaga selama ini. Bagaimana dengan kamu? Apakah kalian bisa? Atau… ??


Aku tahu mulut ini jahat, mulut ini api, mulut ini membuat orang di sekitarku sedih. Ya, pasti banyak di antara kamu yang bilang aku terlalu berlebihan. Sudah biasalah kalau kita saling mengejek, kan hanya candaan belaka, tak perlu di ambil hati. Namun, setelah ku pikir-pikir lagi, sepertinya tujuan dari bercanda itu tak membuat salah satu pihak menjadi sedih. Malah harusnya membuat kita semua sama-sama senang.


Aku cerita sedikit ya pembaca. Aku pernah membaca sebuah kitab yang aku anggap itu pedoman hidupku. Katanya dalam sebuah kitab itu, “Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapa pun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar.” (James). Setelah teringat akan itu, aku merasa kesedihan. Perkataan yang menyakiti hati sesamaku, dan hal itu tak pernah ku pedulikan sedikitpun. Ku pikir semua itu hal yang biasa, candaan belaka, hanya lewat seperti angin.

Namun, aku salah. Pasti di dalam lubuk hati mereka yang paling dalam, mereka menjadi sedih. Dan tahukah kamu akan pepatah yang mengatakan bahwa “perkataan adalah doa”. Secara alam bawah sadar, perkataan dari orang sekitar mempengaruhi pola pikir dan juga kehidupannya. Contohnya saja seorang anak dikatakan, “kamu bodoh, kamu ga bisa ini dan kamu ga bisa itu.” Sampai besar pasti anak itu akn berpikir seperti itu, walau sebenarnya adalah anak yang pintar. Coba bayangkan, apakah benih jelek jika di tanam di tanah yang baik, akan bisa tumbuh menjadi pohon yang indah? Tentu saja tidak kan?

Hmm..

Merenungkan hal itu membuat aku ingin berubah. Aku ingin berubah menjadi gadis dengan perkataan yang manis. Yang tak merusak pola pikir sesorang. Ingat lidah itu sama seperti api, jika kecil ia adalah kawan yang sangat bermanfaat, namun ketika besar ia menjadi lawan yang dapat melahap abis dan membakar hangus.

Aku ingin setiap perkataan yang keluar dari bibir kecil ini adalah perkataan yang positif, membangun jiwa seseorang, mengubah pola pikir orang yang mendengarnya menuju ke arah yang baik. Bukannya malah membuat mereka terjatuh dan kelam. Aku tahu kebutuhan dari generasiku adalah apresiasi. Banyak teman, bahkan aku sendiri pun terkadang merasakan rendah diri karena kurangnya itu.

Perubahan ini memang terlihat kecil. Namun, aku tahu ini sulit. Pembaca, aku tak sempurna. Aku menulis ini bukan untuk menasihati kamu ya. Tulisan ini adalah tantangan bagiku. Ya dapat dikatakan sebagai alarm, agar aku melakukannya. Aku tidak mau menjadi pribadi yang hanya bisa nulis saja tanpa melakukannya. Sebenarnya.. aku ingin mengajak kalian untuk melakukan perubahan seperti diriku, tapi jika kalian mau.

Aku sudah membayangkan jika aku mulai melatih mulut ini dengan berkata positif. Segala ejekan, sakit hati dan lain-lain akan pelan-pelan hilang, termasuk apa yang terkadang kurasakan. Karena aku yakin ini pasti menular terhadap orang-orang di sekitar kita. Hati yang positif akan memancarkan energi yang positif pula.


Ya, begitu saja ceritaku. Seperti yang tadi aku bilang, aku ingin mengajak kamu, jika kamu mau. Jika belum mau, tak apa, bantulah aku dalam doa ya. Sehingga tak ada lagi orang-orang sekitarku yang sedih karena mulutku. Walau aku tahu, mungkin mereka cuek dan menganggap perkataanku angin lalu. Namun, aku tak mau berdoa yang jelek-jelek terhadap orang sekitarku, yang mayoritas orang-orang yang aku sayang. Aku ingin menjadikan perkataanku hadiah, walaupun dengan kata-kata sederhana, karena membeli barang yang mahal aku pun tak mampu.


Demikian ceritaku pembaca. Kalau kalian mau, dan lagi banyak waktu, silahkan berikan komentar di bawah ya tentang cerita dan perkataanmu. Kalau boleh, bagikan juga ceritaku ini kepada sahabatmu, orang-orang yang kamu kasihi, barang kali ia mau dengan ajakanku. Terimakasih untuk kamu yang sudah membaca. Tak lupa ku kirimkan doa yang indah kepada kamu semua, seperti biasa ku lantunkan lewat angin yang akan membawa setiap doa itu ke hadirat sang penciptaku. J

Jumat, 21 Oktober 2016

Why vs Thank You



“Mengapa?”

Selalu ada di benakku, menghantui setiap pikiran kelam ini, dan selalu bertanya-tanya di sela-sela hati yang gundah.

Mengapa mereka bisa ini, sedangkan aku tak bisa?

Mengapa aku yang harus mencintainya terlebih dahulu bukannya dia?

Mengapa tubuhku tak sempurna?

Mengapa ada orang membenciku, kenapa tak semuanya saja mencintaiku?

Mengapa aku selalu kesulitan dalam menjalani semuanya?

Dan lain-lain..

Aku terlahir tak sempurna. Banyak hal dalam kekuranganku yang membuat sulit untuk berkembang. Banyak suara kiri kanan yang berkata bahwa aku tak ada apa-apanya, aku tak bisa dan aku tak memiliki kemampuan apapun yang dapat kubanggakan. Ya, berbeda pastinya dengan kalian. Atau.. mungkin kita sedang dalam hal yang sama? Entahlah, aku tak tahu.

Ya, yang aku tahu, aku salah. Hal itu membuatku jatuh dan menutup diri. Aku merasa dunia sama sekali tak membutuhkan aku. Oke! Oke! Mungkin terlalu berlebihan. Namun, kadang kedagingan ini membuat aku secara manusiawi berpikir sesingkat itu.

Hmm..


Namun, makin kesini, aku merasa sungguh berdosa. Siapa aku manusia yang hanya dapat mengeluh. Padahal aku tahu, penciptaku maha memberi, maha tahu dan selalu punya yang terbaik dari hidupku.  Sadarkah kita? Waktu sangat singkat. Paling lama hidup hanya 100 tahun. Dan dalam waktu itu pula belum tentu kita dapat menghabiskan jarak dari bumi ke matahari. Tapi, kita memakainya hanya untuk bertanya “mengapa” tanpa melakukan suatu hal yang berguna dalam diri. Sungguh sia-sialah aku.

Akhirnya.. Aku bangun.. Berdiri.. Sambil menghirup napas sepanjang yang aku bisa.. Dan menghembuskannya kembali ke alam.

Ya, bersyukur sesimple itu. Aku terlalu bodoh yang selalu memikirkan bahwa keajaiban selalu bermula dari hal yang besar. Padahal dalam hidup ini banyak sekali alasan untuk kita bersyukur. Kadang jatuh ke tanah pun kita dapat bersyukur. Hmm caranya? Coba sadari, jikakita jatuh, lalu sakit, itu artinya syaraf dalam tubuh kita masih sehat dong ya. Bayangkan, kita sudah berdarah-darah lalu tak merasa sakit sedikitpun.  Hanya itu singkatnya.

Terlalu mudahnya aku bertanya “mengapa”,  namun sulit melontarkan kata “terimakasih”. Padahal panjangnya tak seberapa berbeda. Tak sanggup aku memilikirkan isi hati Tuhan, yang pastinya sedih karena keluh kesah yang aku buat. Ya, rasanya seperti mendengar temanmu curhat untuk masalah yang sama berulang-ulang.

cr: hosemotret

Terkadang aku tertegun, mengapa aku sulit berterimakasih? Berterimakasih atas hari ini, atas indahnya alam yang ku lihat sampai berterimakasih atas kesakitan yang dapat aku rasakan. Tak terbayang jika aku manusia yang tak dapat marah, tak dapat sakit dan tak dapat sedih. Mungkin hidup lebih tak berguna lagi jadinya.

Aku ingin berubah untuk bersyukur. Dan berhenti mengeluh. Seperti kata sebuah quote “Baiklah kita berubah untuk diri kita sendiri bukan karena orang lain. –AJC.”  Ya, demi kebaikan kita sendiri kita harus berubah. Bukan karena mereka yang mencerca aku dan mengatakan aku tak bisa. Namun, karena aku yang sudah terlanjur sedih melihat isi hati sang pencipta.

Sekarang tak akan ku ijinkan semua benih perkataan jahat tumbuh subur di hati ini. Orang-orang yang berkata aku tak bisa, tak mampu dan tak berguna, akan ku hilangkan. Karena aku tahu bahwa Dia telah memberiku kemampuan dan seluruh keajaiban itu ada di sekitar kita. Hai pembaca, bukan maksud dariku untuk menggurui kamu ya. Aku hanya menceritakan saja hal bodoh yang aku sudah perbuat sebelumnya. Barangkali kita dapat bersama-sama berubah untuk diri kita sendiri.  Aku pun sekarang sadar, dalam segala situasi yang ada di dalam hidupku sekarang, sudah layak dan sepantasnya aku berterimakasih padaNya.


“It’s better say thank you than why, Right?” –SC.

Minggu, 04 September 2016

It's About Heart


Hari-hari ini, saya merasa bahwa  ketika saya menulis banyak mendatangkan hadirat dari sang Pencipta. Oleh karena itu malam ini pula, izinkan saya menulis sedikitnya point-point penting yang terlihat menakutkan namun sangat indah dan memiliki janji yang penuh pengharapan tentang komunitas rohani yang saya miliki.

Selama 1 tahun 6 bulan, kami berkomunitas. Kami merasakan solidaritas dan persatuan hati yang telah berhasil kami bangun dalam naungan sang Pencipta. Namun, ada suatu yang sangat penting dalam hidup kita yaitu pertumbuhan iman dan hati. Sangat disayangkan bahwa, jika selama ini hal-hal di luar komunitas kami yang di bawa masuk ke dalam, padahal seharusnya dari dalam yang dibagikan keluar. Memang hal-hal internal dan lokal banyak yang harus diperbaiki.

Beberapa hal yang harus kami lakukan sebagai satu kesatuan komunitas yang utuh dalam Pencipta:
1. Berbaur dan tidak bersikap eksklusif
2. Do the best dengan apa yang kita kerjakan. Lakukan seakan-akan tak kamu lakukan lagi esok hari.
3. Sikap dan kepribadian masing-masing yang memang harus dipersatukan yaitu memiliki satu hati dan satu komitmen.
4. Kerendahan hati dalam melayani, karena semua yang dimiliki berasal dari Pencipta dan bukan kuat gagah kita sama sekali.
5. HATI- bukan seberapa banyak kehadiran kita, namun seberapa dalam hati yang kita berikan di hadapan sang Pencipta.

YANG TERJADI
Seumpama orang yang lapar bermimpi ia sedang makan, pada waktu terjaga, perutnya masih kosong, atau seumpama seorang yang haus bermimpi ia sedang minum, pada waktu terjaga sesungguhnya ia masih lelah- sebuah kata dalam kitab.

Ya, inilah yang terjadi pada komunitas kita, dimana kelihatannya kita kenyang namun lapar, terlihat puas namun haus.
Hal yang harus diperbaiki adalah HATI, yang mungkin kita memiliki hati yang kurang murni di hadapan Pencipta. Mengapa harus diperbaiki? Karena hati yang seperti itu tidak membawa sukacita dan dampak bagi orang-orang sekitar.

SEBUAH JANJI
Bertobatlah dan tinggal dekat di hadapan sang Pencipta. Memang kita lapar akan pengajaran dan kesaksian hidup. Itulah yang harus kita cari. Namun percayalah, Pencipta akan menyediakan air dan makanan itu, walau sedikit namun kita akan berada dalam ruang lingkupNya dan di tuntun jika kita salah berbelok.

Akan ada roti yang sedap dan sangat enak, akan ada juga EMBUN TERANG yang menjadi refreshment dalam pelayanan kita. Akan ada pula ombak cinta yang menenggelamkan dan penuh sukacita.

Dan..
Ada juga sebuah janji untuk masa depan, yaitu para pahlawan-pahlawan akan bangkit, yang mungkin berasal dari ketidak berdayaan. Namun, ia berhasil menjadi pahlawan yang lebih dari sekedar prajurit. Karena.. tahukah kalian pembaca, bahwa pahlwan telah berulang kali menang dari peperangan.

SEBUAH PESAN
Taati pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang bertanggung jawab atasnya.-sebuah kata dalam kitab suci

Pemimpin adalah seumpama seorang ayah dan ibu yang memiliki anak-anak. Orang tua mana yang tak bangga dan bahagia apabila sanga anak selalu mengapresiasi dalam kesetiaan apa yang mereka lakukan. Dan anak mana yang tak beruntung jika setiap detik, menit waktu berlalu, selalu ada orang tua yang berjaga-jaga dan bertanggung jawab atasnya.

IT IS ABOUT HEART
Semua dari pembahasan tadi intinya adalah hati. Hati yang paling murni dan bersih yang harus diberikan kepada sang Pencipta. Bersih dan murni berbicara tentang komitmen, karena kita pastinya tahu, semua manusia di dalam dunia pasti berdosa.  Pembaca, aku ingin memberi tahu, bahwa sang Penciptaku sangat indah. Ia maha memberi, Ia maha pengasih dan Ia maha bisa. Semua dalam dunia ini sangat mudah untuk dilakukan bagiNya. Sebenarnya ia tak perlu apapun dariku. Penciptaku hanya ingin hati yang murni ketika kita berhadapan denganNYa. Intinya semua yang kita lakukan di dunia ini tidak akan sia-sia, jika dikerjakan dengan Hati dan hanya untuk Dia saja, sang Pencipta itu.



Lepas dari hal itu. Bagiku komunitas ini adalah hal yang istimewa. Sebuah anugerah dari Pencipta yang begitu menakjubkan. Sebuah tempat atau ladang dimana kami dapat bertumbuh, dan mengenal sang Pencipta lebih dalam. Kalian tak hanya sekedar komunitas, tapi seseorang yang dapat aku, menyebutnya keluarga.





Saya bersyukur atas kalian

Saya bersyukur atas waktu

Saya bersyukur atas kesempatan

Saya bersyukur karena saya terpilih

Dan..

Saya bersyukur karena Engkau, Penciptaku.


Kiranya, biarlah setiap doa yang terlantunkan hari ini, dapat di bawa oleh angin yang terbang tinggi berserta dengan malaikat mungilnya menuju ke atas dimana Tuhan berada. Sehingga hari-hari kami dapat lebih baik sebelumnya. Yang terjadi dapat diperbaiki, sebuah pesan dapat dijalani, sebuah janji dapat terjadi dan sebuah hati dapat dimiliki. Dan izinkan kesatuan hati ini, akan tetap ada selama kita ada. 


Sabtu, 02 Juli 2016

Tentang Dia (2)


Hai laki-laki. Apa kabar kamu sekarang? Terimakasih ya telah menjadi keindahan dalam waktu-waktuku sekarang ini. Walau aku baru hanya menikmati engkau saja. Tanpa sedikit pun menunjukkan rasa ini. Aku juga sebenarnya bingung, bagaimana kamu ke aku. Apakah kau tahu? Hmm, namun kurasa tidak, tapi bisa juga iya. Entahlah, tak apa. Yang penting bagaimana aku ke kamu, betul kan? Tuhan yang memberi tentang rasa ini. Oleh karena itu, aku berharap bahwa Tuhanlah yang membisikkan keindahan itu kepadamu.

Ahh terkadang aku penasaran dengan segala permainan cinta yang Tuhan berikan. Indahnya begitu tersembunyi, namun pancaranya tetap ada bercahaya. Pembaca, kamu pasti tahu kan perasaanku? Ya, memang aku sedikit sulit mengungkapkan itu. Coba bayangkan sekarang kamu sedang di posisiku. Pasti sama bukan?

Sebenarnya aku juga takut tentang hal ini. Aku takut, jika pengalaman cinta yang sama dan pernah terjadi dahulu itu terulangi lagi. Namun, kita sebagai manusia tak boleh larut dalam ketakutan melainkan bangkit dengan penuh keberanian.

Pembaca, pernahkah kalian berpikir, mengapa segala hal yang kurang kita sukai menimpa kita? Mengapa kita harus mengalami masalah ini, kesakitan itu dan sebagainya? Ya, mungkin kalian pernah terpikir akan hal itu. Terkadang kita berkata, “Mengapa Tuhan gak pilih orang lain saja sih untuk mengalami hal yang buruk itu?” Jujur aku pernah, bahkan sering berpikir seperti itu. Seringkali menurutku, dunia nampak begitu kejam. Ya, contohnya saja, salah satu hal yang sering ku bahas disini adalah permasalahan hati. Dimana, begitu banyaknya rasa sakit yang datang dan memang ia akan pergi. Namun sayangnya ia membekas.

Disini hal yang ingin ku bahas adalah bersyukur. Benar, aku yakin kalian tahu tentang hal ini. Aku juga tahu bahwa setiap kali, ketika kamu berdoa pasti memulainya dengan bersyukur. Tapi, pernahkah kita bersyukur di tengah pahitnya hidup ini? bukan sekedar berbicara di mulut, namun benar-benar berterimakasih atas masalh yang datang. Pasti susah, aku tahu rasanya. Setiap hal buruk yang terjadi kita selalu bertanya mengapa itu terjadi pada kita, bukan dengan orang lain saja. Namun, sekarang aku ingin mengajak kamu untuk sadar. Coba jika itu dibalik, ya disaat kita sedang senang mendapat sebuah berkat yang begitu bahagia, pernahkah kita bertanya seperti sebuah masalah, mengapa ini terjadi padaku? Bukan orang lain saja.

Mengerti kan maksudku? Aku tahu, begitu terbatasnya manusia untuk melakukan hal itu. Kita terlalu sering jatuh dalam setiap masalah, tanpa mengerti tujuan yang ingin Tuhan sampaikan. Maafkan, bukan maksudku untuk memberitahukan kepada kamu bahwa diriku hebat karena aku tak pernah melakukan itu. Aku mungkin sama seperti kamu, atau bisa dibilang lebih parah.
Tapi Tuhan berbicara kepadaku, melalui sebuah video youtubers kemarin, dan rasanya hal yang sangat penting untuk aku bagikan kepada kamu. Sekedar membagikan dan mengajak kamu semua untuk belajar bersama tentang bagaimana kita mensyukuri setiap hari-hari yang Tuhan berikan. Ketika hal-hal yang  buruk apalagi indah.

Begitulah pembaca maksud hati ini. Terkait tentang aku dan laki-laki itu. Mungkin sekarang aku belum bersatu, dan sering bertanya “mengapa” kepada Tuhanku. Mengapa aku tidak seperti orang lain yang begtu mudahnya dalam permainan hati ini. Tak usah merasakan cinta dalam dia terlebih dahulu seperti aku.  Tapi,dalam hati ini aku mendengar jawabannya. Jika patutlah aku bersyukur jika hari ini belum bersatu, karena aku masih diberi kenikmatan untuk keindahan laki-laki itu, agar memiliki cinta yang lebih luas ketika kami bersatu.

Jika dia adalah waktuku nanti, bersyukur jugalah aku karena hari-hari ini, dimana dia yang selalu aku nikmati. Bukan karena kuat gagahnya dia, namun karena Tuhanku. Dan setiap napas yang berembus darinya, terlantunkan keindahan di mataku. Lalu aku? Setiap napas yang berhembus dari bibirku terucap doa tentang dirinya.



Selamat malam ucapku.  Jika memang engkau adalah waktukku, terlahir untukku dan jawaban dari setiap doaku sampai bertemu dalam waktu itu ya hei kamu laki-laki itu. 


Minggu, 12 Juni 2016

Tentang Dia

Hari ini aku menulis tentang dia. Seorang laki-laki yang menawan, yang mungkin berbeda sekitar 2-3 tahun dariku, sudah membuat hati ini terperangkap. Benar! Aku jatuh cinta padanya. Tapi kali ini beda! Tuhan sendirilah yang menaruh nama laki-laki itu dalam pikiranku. Namun, yang menjadi masalahnya adalah dia tak tahu apa yang kurasakan. Atau mungkin dia tahu? Sudahlah, tebakanku mungkin benar. Terlihat dari gerak geriknya. Belum ada satu pun yang spesial.

Tapi? Apa yang membuat aku benar-benar yakin bahwa ia adalah laki-laki yang selama ini aku cari? Karena dia yang sudah lama muncul dari hadapanku, sekilas saja terlintas keindahannya. Namun, Tuhan yang memperkuat rasa cinta ini. Ya, seperti yang sudah ku bilang di atas,  rasa ini beda dengan biasa. Ya, kalian tahu pasti kisah cinta lamaku pada blog sebelumnya.

Umurku yang semakin dewasa, membuat aku semakin matang urusan bercinta. Aku bahagia dengan rasa ini. Walau kita belum bersatu seperti yang di bayangkan. Mengapa? Betul, aku mencintaimu karena Tuhanku. Itu terdengar lebih tulus, lebih indah dari biasanya, lebih menawan, daripada masa laluku.

Hai pembaca, sudah lama kita tidak bertemu dalam tulisan-tulisan semu di atas media online ini. Mungkin, sedikitpun tak ada yang kau rindukan. Namun izinkanlah batin ini bercerita. Ya, beberapa minggu terakhir ini, mungkin hari-hari berat yang kurasakan. Kalian tak perlu tahu sekarang, mungkin nanti di waktu yang tepat. Intinya adalah aku dalam keseharianku, berada dalam ruang gelap yang tak nyaman. Suara bising tentu terdengar, wujudnya nampak, namun jiwanya pergi. Ini bukan tentang kekasih, namun kerseharianku. Begitulah kira-kira ilustrasinya. Tentu saja ini bukan alasanku jika sudah lama tak terlihat. Jujur, banyak kisah yang ingin kuungkapkan, namun waktunya belum tepat atau mungkin waktunya belum ada.

Tapi, dalam ruang gelap itu aku menyadari bahwa kehadiran Tuhanku begitu nyata. Ya, mungkin ini cara Tuhan untuk menarikku dari kejamnya dunia. Dalam hati ini, Tuhan berkata, “Mungkin dalam dunia kamu menuju kegelapan, tapi rohanimu sedang ku tarik dalam terang. Izinkan roh mu mendekat kepadaKu. Jangan pikirkan kegelapan di dunia, karena Aku adalah kecukupan untukmu.”

Pembaca, kalian juga pasti sudah tahu kan? Tak selamanya orang-orang di sekitar ini menyukai kita. Pasti banyak orang yang tak suka atau memiliki pikiran yang salah tentang kita. Aku sedang belajar untuk menghiraukan hal itu. Hanya aku yang tahu kebenaran tentang diriku, dan hanya kamu juga pembaca yang tahu kebenaran tentang dirimu. Kesibukanku sekarang adalah menguruskan badan, daripada mengurusi pendapat orang lain tentang diriku. Hahaha.

Terlepas dari itu. Selain jiwaku yang menuju terang, senangnya aku adalah Tuhan memberiku sosok laki-laki itu. Kalian tak perlu cari tahu siapa dia. Karena sekarang, aku sedang mencintainya dalam diam. Laki-laki yang Tuhan letakkan dalam pikiranku. Ternyata Tuhan juga misterius. Ia ingin aku selalu memanggil nama laki-laki itu dalam setiap doaku. Ya, jika memang benar dia adalah pahlawanku, akan ada waktunya kami bersatu. Dan aku tidak ingin bicara apapun atau bertingkah laku seperti orang yang menunjukkan perasaan itu. Biarkan Tuhan yang menyampaikan padanya, karena aku yakin semua yang dari Tuhan akan dilakukan oleh Tuhan dan demi kemuliaan nama Tuhanku. 


Hai laki-laki, mungkin kamu sekarang tidak tahu apa yang sedang aku rasakan. Tak apa-apa, jika memang kita berada dalam rencana Tuhan, kamu pasti tahu bahwa tulisan ini tertuju padamu. Dan begitu indahnya kamu, bahwa dicintai karena Tuhan. Bukan karena fisikmu, kelebihanmu atau sebagainya. Yang paling penting sekarang, aku menikmati segala tatapan yang kutujukan padamu, terutama ketika engkau sedang melantunkan suaramu.  Sampai bertemu di waktu yang tepat ya.

Kamis, 18 Februari 2016

No Title (3)



Hari ini, malam terasa gelap. Cahaya bulan terlihat redup, dan cahaya bintang tak gemerlap. Sama seperti hati ini yang mungkin hampa dan tiada beruangan. Terkadang dunia yang kita tinggal selalu menuntut kita sesuai dengan standart kesempurnaan di dalamnya. Sehingga membuat pikiran ini kacau, dan hati ini runtuh sudah. Belum lagi setiap keadaan yang memaksa kita untuk beradaptasi dengan setiap keberadaanya. Aku lelah sampai menghela napas pun tiada kesanggupan. Ya, mungkin yang terlihat memang tak semenderita itu. Ya, aku tahu, bahwa aku manusia yang berlebihan. Berlari terasa lelah, namun berjalan terasa lambat. Padahal ujungnya harus di capai dengan cepat, sesuai dengan keadaan dunia ini.

Maaf, jika bahasa ini terlalu rumit. Mungkin mereka yang terdekat mengerti apa dan maksud dari setiap perumpamaan yang terpampang pada lembaran ini. Malam demi malam terasa biru. Mungkin aku bingung dengan segala yang ada di dunia. Batin ini beteriak, “Tuhan.. Tuhan..”. pertanda tak ada kesanggupan. Rasanya jantung ini hanya ingin mengeluh. Bukan kuat kuasaku memang. Manusia biasa yang remeh dan hanya bisa berjalan sesuai dengan ketetapan yang ada.
Terkadang segala emosi memuncak sampai ke ubun-ubun. Namun, hati mendingin dan mempertajam kesabaran. Satu hal yang baru saja kupelajari. Segala kemarahan dan emosi bukanlah salah satu jalan keluar. Namun, segala ketulusan dan keiklasan itu yang bisa menenangkan masalah.

Dunia boleh jahat. Tapi, pilihan kita untuk menjadi sama seperti dunia atau tidak. Jujur, kedagingan boleh lelah dengan segala tuntutan di bumi. Melihat keadaan yang di setiap udara menyayat hati. Namun, raga ini mencoba kuat. Hati ini mencoba tidak rapuh.


Aku disini bukan bermaksud untuk memamerkan ketegaranku. Aku ini manusia biasa. Yang mungkin selalu sakit hati melihat segala keadaan. Iri hati melihat mereka yang melibihi. Tapi, beginilah caraku untuk berusaha kuat. Hanya dengan lantunan sederhana yang kubagikan kepada kalian. Sekaligus mengajak kalian yang mungkin bernasib sama sepertiku untuk berjuang. Berjuang melawan keadaan yang mungkin sering memancing emosi semata. Hanya dengan doa, harapan dan mungkin tulisan sederhana ini yang dapat mengobati. Mengobati setiap penyakit untuk segenap raga yang rapuh. Dan izinkan setiap sampah-sampah itu turun terbawa hujan yang menyerap ke tanah. Sambil menunggu harapan dan doa yang berubah menjadi pelangi yang indah.

Minggu, 24 Januari 2016

Welcome





Malam ini rintik hujan menemani. Dinginnya malam penyejuk hati. Kembalikan aku ingin menulis sebuah puisi sederhana untuk mengisi hari-hari. Mungkin sudah terlambat beberapa minggu untuk menceritakan tentang aku dalam tahun yang baru. Namun, apa daya di kala sibuk menghadang, raga tak sanggup berkutik. Keterlambatan pun terjadi.

Sebelumnya aku ingin menceritakan terlebih dahulu tentang tahun 2015. Tahun dimana 365 hari lamanya statusku adalah seorang mahasiswa. Memang 2015 ada sebuah perubahan. Aku yang dahulu terjebak dalam baju seragam dengan tingkah laku kekanak-kanakan. Dituntut berubah menjadi orang yang lebih dewasa. Tahun 2015 adalah tahun ketika aku belajar untuk lebih mandiri, tak mengandalkan orang lain di sekeliling. Tahun dimana aku belajar untuk melupakan dia yang dahulu pernah ada dan sekarang sudah tak bersamaku lagi.

Sepintas tak ada yang begitu istimewa di tahun 2015. Yang aku jalani hanya kesibukan dan rutinitas. Memang begitu tabu dan sangat membosankan. Soal tambatan hati? Ya.. tidak ada yang begitu special. Karena mereka banyak yang datang lalu pergi. Sampai aku sudah lelah menceritakanya. Padahal aku akin mereka tahu, bahwa cinta tidak seperti mainan, tidak semudah itu datang lalu meninggalkan.

Mungkin ada satu orang yang membuat aku lumayan berbunga. Namun, tak ingin ku ceritakan sekarang. Mungkin nanti ada waktunya. Di saat yang paling tepat. Meninggalkan tahun 2015. Aku ingin menjadi aku yang baru. Sewaktu itu, pergantian tahun awal 2015, resolusiku adalah melupakan yang lama. Karena tahun sebelumnya sangat penu dengan sakit hati.

2016..
Waktunya aku berubah ke arah yang  lebih dewasa. Karena di tahun ini, usiaku genap dengan kepala yang berubah. Cukup berat untuk menyadarinya. Resolusi tahun ini mungkin sangat sederhana, yaitu berubah menjadi yang ebih baik. Aku ingin meniggalkan aku yang lama. Yang mau diremehkan, yang mau di tinggalkan dan yang mau tidak dihargai. Aku tahu itu sangat sulit. Karena kelamaha yang bertubi dan tak terdefinisi.

Untuk masalah hati..
Aku mau di tahun ini status ku berubah. Berubah seperti apa? Tidak hanya berubah dari yang sendiri menjadi bersama. Namun berubah menjadi satu. Dan aku berharap yang kutemukan tahun ini adalah orang yang terakhir sampai ke jenjang selanjutnya. Karena, umurku semakin dewasa, dan aku sudah lelah dengan permainan hati di tahun-tahun sebelumnya. Sudah bukan lagi waktunya bercanda, dan inilah waktunya aku mencari seseorang yang tepat.

Semuanya itu akan ku tutup dalam doa kepada sang penciptaku, yang begitu indah dan menakjubkan. Biarkan seiring aku bernapas, doa itu terlantunkan. Seiring darah ini mengalir, Tuhan mendengarnya. Biarkan aku terus berlutut untuk memohon kepada yang tertinggi. Karena kelemahanku yang tak terdefinisi. Sama seperti tanah yang selalu tahu bahwa langit berada di atasnya, apapun yang tanah perbuat, tanah tak dapat menggapai langit. Hanya dapat diam menunggu angin yang membawanya sampai ke atas.

Sabtu, 23 Januari 2016

Makna yang Sederhana

Mulut dapat berhenti berbicara, suara bisa tak dapat lagi terdengar dan darah dapat berhenti mengalir. Itulah kehidupan.. dimana keindahan hanya semu belaka. Hanya terbatas ruang dan waktu. Hanya diam dalam ribuan untaian bahasa yang tak menyatu. Pikiran sempitku melihat dunia bundar namun berpola indah. Semua itu menandakan karya cinta Tuhan yang begitu besar. Ya, keindahan dunia ini yang terus kita nikmati secara bebas, tentu saja karena kemurahan sang pencipta. Namun, terkadang dalam kebodohan aku bertanya. Mengapa dalam suatu keindahan itu ada sebuah kesedihan? Mengapa dalam ribuan senyuman terdapat setidaknya satu air mata yang tercurah. Lalu, seiring hidup ini berjalan, aku mengerti mengapa kesedihan itu ada. Aku mengerti ketika air mata membasahi pipi, artinya kita sedang belajar menghargai. Menhargai suatu keindahan yang nantinya akan berganti. Menghargai setiap senyuman yang memiliki batas huni.  Manusia memang tak pernah puas. Selalu ingin memiliki hidup yang sempurna. Namun, apa daya? Jika manusia adalah karya ciptaan Tuhan yang begitu berharga, dan hanya dapat mengikuti kehendakNya saja.

Sedikit tentang kenyataan dalam kehidupan ini. Yang mungkin terkadang kita belum menyadarinya. Dunia memang memiliki batas. Keindahan juga tak ternikmat selamanya. Namun, itu semua tidak penting. Yang terpenting adalah bagaimana cara kita memaknai setiap keindahan itu. Mungkin dengan hal yang begitu sederhana, namun di setiap rekamannya itu bisa membuat kita mengerti akan setiap makna yang tercipta seiring kita menghirup napas. Penting juga kita menghargai rasa yang indah itu dengan menikmatinya, karena mereka memiliki batasan. Walau bukan hal yang mewah. Tapi, aku yakin semua makna itu bersukacita.

Agiel Hernando



Salah satu rekaman ini dapat membuat kita menyadari bahwa senyuman adalah hal yang paling dibutuhkan ketika kita mendapat masalah. Kehidupan menuntut kita untuk belajar akan suatu permasalahan. Namun, kerap kali setiap resiko yang menghadang membuat hati ini patah. Dan pertolongan pertama pada hati yang patah itu adalah senyuman yang sederhana dan lepas dari kemewahan. 
Melyana Oncom
Mungkin senyuman saja tak cukup untuk mengusir rasa gundah gulana dalam dirimu. Tertawa lah secara lepas dan bebas. Tak hanya untuk dirimu, namun buatlah juga sesamamu tertawa indah bersama.
 
Stefanus Ray


Lakukan hal yang kamu cintai, bersikap tenang dan santai. Aku tahu, bahwa ketika badai menghadang kepanikan itu tinggi. Namun, ketenangan ini diperlukan, selagi engkau dapat tegap berdiri memandang lurus ke atas.
Ardhabayu Pradana

Walau kita pasti tahu tak semua dalam dunia mencintai kita, menghargai dan juga menghormati. Namun, jika kita bisa membawanya dalam situasi yang sederhana. Percaya hidup akan terasa lebih indah. Jangan izinkan hatimu terbawa oleh perasaan. Jika keistimewaan itu dapat kita rasakan sendiri dengan hal yang simple. Senyum yang kita berikan kepada manusia yang bernapas di sekeliling pun akan lepas dan tanpa beban.

 Nadia Lina Afina

Namun, tak ada artinya memikirkan dia yang telah menyakiti. Lakukan hal bahagia semampu yang kita bisa. Lupakan dunia yang membuat pedih hati. Karena indahnya dirimu membuat lautan kebencian itu pudar seiring senyuman yang tertoreh pada bibir.

Olivia

Tataplah dengan lurus kedepan, hiasi dengan cahaa matamu yang berkilauan. Begitu menakjubkan. Apabila, hidup tak lagi memikirkan kesedihan namun selalu peka terhadap makna yang tercipta di setiap situasi yang ada.

Fransisca

Hati yang sudah terlanjur hancur. Sakit hati yang telah terlanjur dirasakan. Memang tak lagi dapat diputar kembali. Hanya dapat di pilah dan mengevaluasi. Izinkan setiap puing yang rusak itu dibuang. Fokus dengan serpihan yang masih baik keadaannya, karena itu menuntukan engkau kedepannya.

Novita Elkana


Susunlah sekeping demi sekeping hatimu dalam bingkai kehidupan. Yang sudah dibuang biarlah ia terlupakan. Buatlah setiap susunan itu berwarna-warni. Dengan seluruh senyuman yang telah kau torehkan tadi dan berhiaskan kesederhanaan. Ciptakan makna yang istimewa. Jadilah berani seperti warna merah. Dan miliki sikap yang penuh kasih kepada sesama.

Aku tahu setiap kesedihanmu, sakit hatimu dan serpihan hati yang telah berserakan membuat engkau rasanya tak dapat bangkit. Namun, percayalah, bukan kesalahan Tuhan jika engkau sakit hati. Tapi, kesalahan kita yang masih belajar untuk memaknainya denga sederhana. Sesederhana engkau bernapas, sesederhana angin bertiup dan sesederhana engkau membalikkan telapak tanganmu.